Sebutlah ini sebuah kebetulan wabil khususi buat pengamatan saya.
Namun sepertinya sebuah repetisi setiap pertengahan Februari.
Contoh yg terjadi tahun ini ...
Ck..ck... deras sekali serbuan LGBT ini dan yg memprihatinkan Indonesia bisa-bisanya jadi LGBT capital ... na'udzubillahi min dzalik. Kalau 14 Feb dilaknat sebagai hari cinta kasih yg ternyata menjadi ajang pacaran luar batas, ternyata kaum LGBT ini umumnya mempelopori gerakan nyeleneh Anti-Valentine pada tanggal yg sama. Valentine atau anti-valentine, keduanya adalah ancaman yg berbahaya bagi keluarga yg mengaku masih beragama. Lindungi masa depan anak-anak kita !
****
Perihal LGBT amat mudah di caritahu di internet. Mereka bukan saja musuh nabi Luth a.s, bukan hanya musuh umat Islam, namun musuh seluruh umat beragama. Tak kisah agama wahyu atau agama buatan manusia. Saya membaca larangan yg tercatat sudah ada sejak perjanjian lama di dalam Taurat (nabi Musa a.s) yaitu di dalam buku Leviticus bab 18 dan 20, lalu dilanjutkan oleh orang Nasrani dalam perjanjian baru. Al-Quran sebagai pedoman hidup orang Islam sepanjang masa mencatat sekurangnya tujuh tempat dimana perbuatan ini dikutuk.
Berdasar riset orang-orang pintar katanya LGBT disebabkan dua hal, faktor gen (bawaan lahir) atau lingkungan. Bagi saya, person yg terjangkit LGBT ini entah lahiriyah atau lingkungan diperparah kondisinya oleh lingkungan yg permisif (keluarga, teman dekat, saudara, bahkan tempat kerja ... Tontonan rating tinggi di stasiun2 TV lokal selalu dicemari dengan kehadiran presenter waria. Acara2 fashion/mode/top-search model yg diimpor mentah dari keranjang sampah rumah produksi barat pasti punya juri atau pakar bencong. LGBT tidak dianggap sebagai penyakit yg harus segera disembuhkan. Beda dgn jika anak kena bapil atau diare.
Kalau mau ditarik ke belakang sebelum sang anak melihat bumi, tentunya calon pasutri yg akan menikah perlu ditelusuri bagaimana sejarah keluarganya. Selanjutnya pola makanan, pergaulan, kesehatan selama istri hamil dan kondisi rumah tangga dalam membesarkan anak akan dapat menjelaskan apa benar LGBT itu genetik atau sebab lain pasca kelahiran.
Spt tanggapan ust Ahmad Sarwat (bukan fatwa lho ya) yg mengatakan bahwa perilaku homoseks sangat bisa disembuhkan, yang penting ada kemauan, sama dgn para pecandu narkoba atau sifat kelainan lainnya spt kleptomania, hiperseks, ADHD dll. Mayoritas penganut LGBT dan simpatisannya merasa LGBT bukan penyakit sehingga mereka tak ingin ambil pusing bgm penyembuhannya.
Jadi kesimpulannya tetap, mereka mau diobati tidak ?
Kl mabuk, sakau, dll juga jadi urusan polisi, mengapa LGBT tidak ?
Ini penyakit sama berbahayanya dgn kecanduan miras, narkoba dan HIV.
*kompilasi diskusi IMAS Feb 2013
Namun sepertinya sebuah repetisi setiap pertengahan Februari.
Contoh yg terjadi tahun ini ...
- Spt sudah diduga bahwa terpilihnya Obama utk kedua kali di akhir Januari lalu meningkatkan dukungan terhadap eksistansi LGBT (lesbn g bis trans) di US. Sampai2 gedung putih pun punya situs khusus utk ini. Don't Ask Don't Tell (DADT) sebuah jargon yg sudah lama berlaku di barak-barak militer sana dan partai demokrat adalah pendukung kuat aliran yg disinyalir hanya dihidap kurang dari 5% warga Amerika ini (Gila!).
- Datang SI minggu pagi, ust Adian Husaini mewanti-wanti sebuah protokol yg bikin geleng kepala dari Jogjakarta. Namanya Yogyakarta Principles. Saya cek wiki ternyata sudah lama 7 tahun lalu. Tapi mengapa harus dari Yogyakarta tempat berdirinya Muhammadyah ?
- Baca koran pagi ini menteri hukum dan luar negeri singapoh diskusi issue gay setelah seminggu sebelumnya sang menteri diajak ngobrol hal yg sama oleh sebuah kelompok lesbi singapoh. Intinya pasal Penal 377A yg diresmikan PM tahun 2007. Komentar nya yg saya ingat: "The govt's position is that it will keep the law but not proactively enforce it." Lhaaa. ... apa maksudnya bro ?
- Di halaman lain koran tsb ternyata sebuah bank investasi raksasa Inggris sudah sejak 10 tahun lalu punya inisiatif utk mengakomodasi orientasi aneh ini dalam portofolio nya: "Ensure that the unique talents of each employee are fully utilised, and that all job applicants, employees and clients are treated equally regardless of race, religion or belief, gender, age, disability, sexual orientation, nationality or gender identity". Tak heran 500 pegawainya di Asia sudah merapat sebagai anggota LGBT dan sekurangnya 40% dari kantor cabang singapoh.
Ck..ck... deras sekali serbuan LGBT ini dan yg memprihatinkan Indonesia bisa-bisanya jadi LGBT capital ... na'udzubillahi min dzalik. Kalau 14 Feb dilaknat sebagai hari cinta kasih yg ternyata menjadi ajang pacaran luar batas, ternyata kaum LGBT ini umumnya mempelopori gerakan nyeleneh Anti-Valentine pada tanggal yg sama. Valentine atau anti-valentine, keduanya adalah ancaman yg berbahaya bagi keluarga yg mengaku masih beragama. Lindungi masa depan anak-anak kita !
****
Perihal LGBT amat mudah di caritahu di internet. Mereka bukan saja musuh nabi Luth a.s, bukan hanya musuh umat Islam, namun musuh seluruh umat beragama. Tak kisah agama wahyu atau agama buatan manusia. Saya membaca larangan yg tercatat sudah ada sejak perjanjian lama di dalam Taurat (nabi Musa a.s) yaitu di dalam buku Leviticus bab 18 dan 20, lalu dilanjutkan oleh orang Nasrani dalam perjanjian baru. Al-Quran sebagai pedoman hidup orang Islam sepanjang masa mencatat sekurangnya tujuh tempat dimana perbuatan ini dikutuk.
Berdasar riset orang-orang pintar katanya LGBT disebabkan dua hal, faktor gen (bawaan lahir) atau lingkungan. Bagi saya, person yg terjangkit LGBT ini entah lahiriyah atau lingkungan diperparah kondisinya oleh lingkungan yg permisif (keluarga, teman dekat, saudara, bahkan tempat kerja ... Tontonan rating tinggi di stasiun2 TV lokal selalu dicemari dengan kehadiran presenter waria. Acara2 fashion/mode/top-search model yg diimpor mentah dari keranjang sampah rumah produksi barat pasti punya juri atau pakar bencong. LGBT tidak dianggap sebagai penyakit yg harus segera disembuhkan. Beda dgn jika anak kena bapil atau diare.
Kalau mau ditarik ke belakang sebelum sang anak melihat bumi, tentunya calon pasutri yg akan menikah perlu ditelusuri bagaimana sejarah keluarganya. Selanjutnya pola makanan, pergaulan, kesehatan selama istri hamil dan kondisi rumah tangga dalam membesarkan anak akan dapat menjelaskan apa benar LGBT itu genetik atau sebab lain pasca kelahiran.
Spt tanggapan ust Ahmad Sarwat (bukan fatwa lho ya) yg mengatakan bahwa perilaku homoseks sangat bisa disembuhkan, yang penting ada kemauan, sama dgn para pecandu narkoba atau sifat kelainan lainnya spt kleptomania, hiperseks, ADHD dll. Mayoritas penganut LGBT dan simpatisannya merasa LGBT bukan penyakit sehingga mereka tak ingin ambil pusing bgm penyembuhannya.
Jadi kesimpulannya tetap, mereka mau diobati tidak ?
Kl mabuk, sakau, dll juga jadi urusan polisi, mengapa LGBT tidak ?
Ini penyakit sama berbahayanya dgn kecanduan miras, narkoba dan HIV.
*kompilasi diskusi IMAS Feb 2013
LGBT butuh penanganan serius, penyakit ini sangat mengarah ke free sex.
ReplyDeleteSalam ukhuwah saudaraku, kunjungan balik ya.