Apr 29, 2014

Sayang Anak, Sayang Uang

Saya tersenyum memperoleh ide judul di atas. Rasanya cocok sekali dengan kondisi kami menjadi ortu tiga balita saat ini. Di saat anak-anak sudah dapat membaca nanti, mgkn mereka akan protes setelah membaca isinya he...he..

Apa yang dirasakan Papa saya berpuluh tahun yang lalu kini saya rasakan sendiri. Berbeda zaman, situasi, dan tempat namun perasaan itu fitrah dan kemungkinan akan sama. Papa dulu suka membelikan mainan meski saya tak tahu frekuensi seringnya. Saya ingat mainan-mainan apa saja itu karena ada foto-foto kenangan hitam putih yg masih ada di album foto. Melekat di ingatan hingga secara refleks ada beberapa mainan yg saya belikan untuk DuoS (saat ini adik DuoS masih tiga minggu) karena kenangan tsb.



Situasinya agak mirip. Luas rumah kami dan rumah Papa saat mengontrak di Gg Penegak, Matraman dulu hampir sama. Hanya ada teras bersama sehingga kebanyakan waktu bermain di dalam rumah saat balita. Inipun dialami oleh DuoS. Alhamdulillah pagi hari sekitar pukul 8, saya sering ajak DuoS bermain di playground bawah jika tak ada hujan. Ada wahana permainan anak dan lapangan (beralas semen) yg luas. Shalih paling suka berlari, Shalihah mengunjungi bunga-bunga, dan tentunya berdua bercengkerama dengan kucing Zora si hitam putih yg jinak. Sekitar setengah jam lalu mereka saya ajak pulang, terpaksa atau sukarela, dengan peluh di kepala dan badan.

Kembali kepada mainan ...

Mainan anak-anak di Singapura umumnya barang impor. Harga asli di negerinya biasa saja namun setelah ditambah ongkos kirim dan keuntungan toko yg menjual maka harganya menjadi luar biasa. Tak masuk akal mahalnya. Padahal anak-anak bermain sebentar lalu bosan atau memang sudah bukan "makanan otak / otot nya" lagi permainan tsb. Belum lagi jika dipikirkan akan disimpan di mana mainan-mainan tsb. Luar biasa kalau pertumbuhan pesat mainan ini tak dihalangi. Kecuali jika mainan itu hadiah ya :-)

Oleh karenanya kami coba selektif dalam memilih mainan. Mana mainan yg memiliki fungsi/objektif sama tak akan kami beli lagi. Meskipun DuoS anak kembar kami tak membelikan mainan yg persis sama. Dengan begitu mereka belajar berbagi dan menguntungkan krn ada dua tipe mainan. Mencari mainan alternatif dari jenis yg mahal jika benar2 diperlukan. Untuk visual, cukup unduh dari Youtube, pinjam DVD/VCD dari perpustakaan, atau beli paket VCD nya saat ada SALE. Demikian pula untuk buku-buku.

Saat DuoS memasuki usia dua tahun saya berkeinginan memberikan mereka mobil/sepeda yg dapat ditunggangi. Belajar keseimbangan dan motorik. Jangan tanya ... benda-benda ini jauh lebih besar dari mainan mobil-mobilan mereka. Perlu tempat yg besar untuk benar-benar nikmat menjelajah :-) Harganya utk sebuah produk bernama (branded) mahal ! Padahal DuoS dapat menguasai teknik bermain ini dengan cepat dan menikmatinya tak lama sebelum meningkat ke tahapan (mainan) yg lebih sulit.

Alhasil saya kunjungi situs/forum jualan preloved goods alias barang seken (second) yg masih bagus. Biasanya mainan yg ditawarkan sesama anggota forum tsb terawat dan berumur kurang dari 3-4 tahun. Saya percaya dgn produk bernama krn kekuatan (keawetan) dan faktor keamanan produk tsb terhadap sang anak. Toh mainan bukanlah barang yg akan dipakai di badan atau dimakan jadi tak perlu risau. Apalagi jika penjual memang hidup rapi dan merawat baik barang-barangnya. Pernah juga saat DuoS baru belajar berdiri saya membelikan play yard (pagar pembatas) lewat forum online juga.

Jika beli BARU di toko/online tentunya praktis dan pengiriman akan mereka atur (free/or with fee). Namun yg namanya beli bekas pasti ada dukanya lah. Mulai dari waktu untuk hunting/browsing mainan, mengatur waktu sepulang kerja atau akhir pekan utk bertemu penjual, mengecek barangnya, nego harga, membawa pulang barang tsb dan hal hal remeh temeh lain (keringat, bus yg penuh, pulang kemalaman, pegal linu , faktor bukan rezeki krn sudah dulu diambil orang lain, debat dgn istri he..he...). Harga beli bekas pasti miring sesuai umur barang. Paling umum mereka jual dengan 50% harga baru. Atau untuk mobil/sepeda bisa diperoleh dengan 15-20% krn memang kondisinya masih bagus namun sudah berumur. Seperti judulnya, SAYANG ANAK SAYANG UANG, benar-benar saya jalani. O.. ya krn inflasi (sewa toko, upah tukang jaga toko, dll) maka harga mainan tak bernama (ecek-ecek buatan china) yg baru justru lebih mahal dari mainan seken bernama ini.


Pengobat letih jelas dengan senyum lebar dan teriakan kegirangan dari mulut-mulut mungil mereka. Ingin tahu dan mau cepat mencoba meski belum tahu mengoperasikannya. Stres nya pasti ... rebutan. Kami pasti ingatkan lagi dan lagi ... GAN TI AN. Maklum mereka berdua dan saya hanya belikan satu demi satu :-) Seperti ujar Shalihah yg senang mengkopi ucapan orang dewasa ... Shalihah bum-bum, dedek sepeda. Shalihah sepeda, dedek bum-bum. Itu dia ingat benar meskipun Shalih masih sering melanggar aturan tsb. Alhamdulillah Shalihah uni yg sangat pengertian utk urusan gantian ini meski ia suka berbesar hati mengalah dengan terpaksa atau sukarela. Bagaimanapun Shalih anak laki-laki yg afinitas nya terhadap benda-benda bergerak seperti ini pasti lebih besar dibanding Shalihah.

Semoga ananda senang menerima hadiah-hadiah (yg bukan baru) dan tetap rukun. Papa dan Mama berharap mainan ini menjadi barang yg bermanfaat untuk pertumbuhan dan kecerdasan kalian.

Contoh situs-situs yg biasa:
craiglist
singaporemotherhood
mummysg


No comments:

Post a Comment