Lebih tipis dibanding Laskar Pelangi, namun novel ini lebih hidup dan memberi makna. Meskipun untuk menyelami makna pertama pembaca mungkin perlu menjalani setengah isi buku dulu. Namun ini murni pendapat pribadi, sejalan dengan kemampuan saya memahami dan menikmati pengalaman hidup yang pernah dilalui.
Seperti biasa Elwis telah selesai melahap novel ini dalam beberapa hari saja, sehingga saya iseng menanyakan apa tiga pelajaran berharga yang dapat dipetiknya. Secara spontan jawaban jenius terlontar, jawaban yang kebenarannya saya akui sendiri saat buku ini selesai dibaca tadi malam:
- Memiliki impian positif dan tekad kuat untuk mewujudkannya.
- Dukungan orang-orang dekat dalam mengarungi perjuangan hidup adalah penting.
- Jangan mendahului nasib.
Lihatlah peluang dan jauhi sikap pesimis !
Sungguh berbisa sengatan sikap pesimis. Ia adalah hantu beracun yang menebarkan sikap sinis, lalu iri, lalu dengki, lalu mungkin fitnah. Sikap itu mengekstrapolasi kurva yang turun ke bawah dan akan terus turun ke bawah. [Ikal terjun ke peringkat 75 di SMA, hlm 147].
Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib [hlm. 154]
Possibility itulah mentalitas Capo: positif dan percaya pada semua kemungkinan [setelah juragan Kek ini mendatangkan tujuh ekor kuda dari Tasmania, Australia di pedalaman Melayu Belitong, sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya, hlm. 174]
Dukungan orang-orang dekat dalam mengarungi perjuangan hidup
Tak kalah pentingnya dalam menunjang semangat adalah dukungan dari orang tua, saudara, kawan, orang-orang dekat dan siapapun yang telah pernah mengukir kenangan hidup kita.
... dan orang-orang yang tak berhenti melambai kami: ayah-ibuku, sahabat-sahabat SD-ku para anggota Laskar Pelangi, Jimbron, Pak Balia (kepsek SMA), para penjaga sekolah, puluhan kolega sesama kuli ngambat, Mahander, A Kiun (tukang jual karcis bioskop), Pak Cik Basman tukang sobek karcis, Taikong Hamim (ustadz), Capo, Pak Mustar (guru SMA, pendiri), Bang Zaitun (gitaris dan penyanyi), Pendeta Geovanny (bapak asuh Jimbrong), Laksmi (idaman Jimbrong) [mereka semua melambai namun tak ada satu katapun terucap saat melepas Arai dan Ikal berlayar bersama kapal Bintang Laut Selatan menuju Jakarta, hlm. 220].
Pak Balia yang memberikan hadiah gambar yang selalu diperlihatkannya di depan kelas: pelukis, sungai Siene, dan menara Eiffel (Paris), pesan Pak Mustar dan ibu Muslimah (guru SD MD): "...jangan pernah pulang sebelum jadi sarjana" [hlm. 219]
Memiliki impian positif dan tekad kuat untuk mewujudkannya
"Biar kau tahu kau Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu" [Arai mencoba menyadarkan Arai setelah kejatuhan prestasinya, hlm 153].
Berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam kehidupan manusia [kekecewaan Pak Mustar melihat kejatuhan Ikal di hlm. 148]
Tanpa mimpi dan semangat, orang seperti kita akan mati [kenang Ikal saat Arai kelelahan, membawakan Pangeran Mustika Raja Brana untuk kejutan bagi Jimbron, hlm. 185]
No comments:
Post a Comment