Mar 21, 2010

Guru semangat, Murid semangat

Seorang murid kelas XI yang mengikuti kelas matematika Sabtu pagi itu berkata bahwa guru matematika nya saat kelas X adalah tipe guru yang disukainya. Orangnya bersemangat dalam mengajar dan mau membantu murid mengerti tentang apa yang diajar. Sementara guru nya saat ini bertolak belakang gayanya, membuat murid tak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Alhasil sang murid sukar memahami pelajaran dan berbuntut nilai2 ulangannya di semester kemarin anjlok. Dia pun tak mau mengikuti kelas tambahan pelajaran guru tsb karena curiga akan sama saja hasilnya :-(


Dalam kalimat logika matematika, pernyataan ini dinyatakan sebagai pernyataan implikasi:
  • Jika guru semangat mengajar, maka murid pun akan semangat belajar (p -> q).
dan invers nya pun :
  • Jika guru tidak semangat, murid pun akan tak bersemangat mengikuti (~p -> ~q)
Keduanya bernilai Benar saat saya tanyakan pada para siswi kelas tambahan trigonometri pagi itu. Ini konsisten dengan tabel kebenaran.

Namun apakah implikasi tadi juga berlaku pada arah sebaliknya ?
  • Jika murid tak bersemangat maka guru menjadi tak bersemangat mengajar (~q -> ~p)
Tanda tanya besar akan pertanyaan yang manusiawi ini.

Untuk guru yang mengerti bahwa amanah ini adalah karena semata-mata ibadah kepada Allah SWT untuk kemajuan anak didik maka pernyataan di atas sama sekali jauh dari fikirannya. Memang ada faktor-faktor eksternal yang mungkin membuat semangat juang guru ini berfluktuasi, namun ini tak harus membuatnya terus berada dalam posisi turun sehingga murid-murid terlantar.

Energi positif dalam transfer pengetahuan senantiasa terpancar di tiap kelasnya. Di kala lain, di saat murid-murid lelah dan mulai kehilangan fokus, maka muncul ide-ide kreatif untuk menggairahkan kembali suasana belajar di kelas. Kehadirannya selalu dinantikan dan apa yang disampaikan dicatat dengan baik oleh murid. Di akhir kelas ia selalu berdoa dalam hati bahwa apa yang telah disampaikan dapat dipahami dengan baik dan menjadi bekal yang bermanfaat bagi murid-murid nya di masa kini dan masa depan.

Jujur, keadaan murid-murid masa kini jauh berbeda dengan kondisi 20 tahun lalu saat saya duduk di bangku mereka. Hari ini acara-acara hiburan yang beragam mengguyur para siswa-siswi, internet begitu mudah di dapat di negeri ini, handphone/sms, jejaring sosial/chat (FB, Y!M), portable game player (nintendo DS, PSP), magnet cuci mata tempat berbelanja (mall), komik/majalah, orang tua yang tak sempat mengawasi dll ... Belum lagi jika dibandingkan dengan sekolah2 favorit tempat saya pernah menganyam sel-sel neuron di masa SMP dan SMA. Jelas kondisi ini jauh berbeda.

Nah ... bagaimana guru menyikapi ini semua. Harus PUNYA semangat, mengerti dengan baik subjek yang diajarkan, mampu menyeleksi apa yang penting diketahui siswa dan apa yang sifatnya ekstra, dan last but not least aktif memotivasi siswa untuk tidak lemah atau putus asa.

Tidak mudah memang, at least for me. Saya hanya berdiri di depan kelas dua minggu sekali, tanpa dibebani paper work kurikulum yang menghabiskan waktu, dan cukup konsentrasi dengan penambahan materi saja. Namun melihat siswa begitu bersemangat untuk mengikuti tatap muka yang "hanya" dua jam paling lama amat memotivasi saya untuk dapat mengajar sebaik mungkin. Siapa yang tidak bersyukur dan senang melihat anak didik nya sukses. Meskipun perlu datang di Sabtu pagi, yang kadang diiringi hujan, menanti murid-murid untuk dapat mengisi minimal lima kursi saja, dan sabar mengamati tingkah polah anak-anak yang berangkat ABG tersebut dengan "beragam"gaya nyentrik nya di kelas (ada yang curi-curi sms, bercanda, pandangan menerawang tak memperhatikan, asyik dengan kegiatan lain, ...).

Ada murid-murid yang tampak tekun memperhatikan meskipun saat ditanya atau disuruh mengerjakan soal tak mampu menjawab dengan benar, ada yang asal cepat menjawab meski salah, ada yang tak memperhatikan dan asyik melukis namun ternyata ia anak yang paling pintar di kelas, ada yang ramai saja mulutnya dan aktif mondar-mandir di kelas namun ia juara satu di kelas itu, ada anak pintar yang kurang teliti sehingga kertas test nya banyak salah nya, ada yang mencontek terang-terangan, ... arrrggghh

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,
Ilmu berharga yang diajarkan semoga menjadi amal pahala yang tak putus-putusnya,
Wabil khususi untuk almarhumah mama yang hampir 30 tahun menjadi guru, 4 hari seminggu (tiap hari 5 jam), dengan tak kurang dari 435 orang murid yang bergantian mencatat ilmunya tiap tahun.

No comments:

Post a Comment