Dalam seminggu saya punya dua hari akhir pekan. Alhamdulillah benar-benar off dari urusan kantor. Asalkan tidak ada perjalanan bisnis atau deadline mendadak maka saya punya dua hari libur ini dalam sepekan. Bagi kebanyakan kawan di sini baik pekerja atau mahasiswa bernasib sama seperti saya. Ada yang memanfaatkan untuk me-time, we-time, family time, mudik (mungkin dia seorang bujang lokal alias PJKA/PJKS ... pulang jumat kembali ahad/senin), olahraga kelompok, kursus-kursus, pengajian, silaturahim, undangan nikah/syukuran/farewell, rapat organisasi, event dll.
Dengan melihat agenda di atas sebenarnya waktu dua hari sepekan itu terasa kurang. Memang tidak kontinu setiap pekan. Sebagai seorang suami dan anggota masyarakat pasti waktunya akan terbagi. Lumayan jika dapat dikerjakan bersama-sama: me-time, family time, silaturahim ... sekali mendayung, tiga pulau terseberangi. Namun ada kalanya pembagian jadwal tidak melulu sikron dengan situasi kita sebagai kepala keluarga. Ada tabrakan dgn beragam jadwal orang/kegiatan lain. Sementara itu ada kegiatan yg dapat membawa keluarga atau di ekstrim lain keluarga tak dapat diajak.
Bersikap adil: Komunikasi dan negosiasi itu penting.
Adil dalam mengatur prioritas. Bagi saya jika ada kegiatan2 yg dapat dijalankan malam hari sepulang kerja maka tak perlu dibuat di akhir pekan. Seandainya ada acara akhir pekan buatlah maksimal dua jam per acara karena perlu diingat waktu di perjalanan. Jika ada dua acara berarti minimal perlu menyiapkan waktu 2x2 jam + 2 jam alias 6 jam untuk acara + waktu di jalan. Jika acara mulai jam 11 pagi berarti baru jam 17 lewat kita dapat berkumpul kembali di rumah. Komunikasikan hal ini beberapa hari sebelumnya dgn istri agar ia paham dengan kesibukan akhir pekan ini. Jika anak-anak sudah mengerti, diskusikan juga dengan mereka.
Jika semua berjalan sesuai harapan hal ini dapat dicapai. Namun tak jarang terjadi peserta rapat telat, kelambatan transport, muncul aktivitas selingan yg tak terduga, agenda rapat lebih lama dari perkiraan dll. Jika ini sering terjadi maka tidak baik bagi siapapun. Saat pergi sendirian maka saya usahakan untuk dapat tiba di rumah kembali sebelum jam 6 sore atau paling lambat sebelum magrib agar sinkron dengan jadwal anak2 balita kami. Bagaimanapun akhir pekan memang prioritas pribadi (me-time) dan keluarga.
Usahakan untuk di luar rumah hanya satu diantara dua hari libur yg tersedia tsb.
Andaikan ada waktu 24 jam sehari dimana 6 jam untuk tidur dan 2 jam untuk ibadah/makan/mandi maka tersisa 18 jam:
22:00 - 18:00: waktu keluarga (4 jam)
18:00 - 12:00: urusan luar rumah (6 jam)
12:00 - 05:00: waktu pribadi/keluarga (7 jam)
Bilamana urusan luar rumah "hampir" memakan family time yg disepakati, coba untuk memberitahu lebih awal kepada keluarga. Syukur-syukur ada anggaran untuk menepati jadwal tsb dgn menyewa taksi he..he.. Once upon a time I spent nearly $30 to cut 30 mins of journey time to pray Magrib on time at home :-)
Insya Allah kita dimudahkan untuk menunaikan hak-hak keluarga dan masyarakat.
Dengan melihat agenda di atas sebenarnya waktu dua hari sepekan itu terasa kurang. Memang tidak kontinu setiap pekan. Sebagai seorang suami dan anggota masyarakat pasti waktunya akan terbagi. Lumayan jika dapat dikerjakan bersama-sama: me-time, family time, silaturahim ... sekali mendayung, tiga pulau terseberangi. Namun ada kalanya pembagian jadwal tidak melulu sikron dengan situasi kita sebagai kepala keluarga. Ada tabrakan dgn beragam jadwal orang/kegiatan lain. Sementara itu ada kegiatan yg dapat membawa keluarga atau di ekstrim lain keluarga tak dapat diajak.
Bersikap adil: Komunikasi dan negosiasi itu penting.
Adil dalam mengatur prioritas. Bagi saya jika ada kegiatan2 yg dapat dijalankan malam hari sepulang kerja maka tak perlu dibuat di akhir pekan. Seandainya ada acara akhir pekan buatlah maksimal dua jam per acara karena perlu diingat waktu di perjalanan. Jika ada dua acara berarti minimal perlu menyiapkan waktu 2x2 jam + 2 jam alias 6 jam untuk acara + waktu di jalan. Jika acara mulai jam 11 pagi berarti baru jam 17 lewat kita dapat berkumpul kembali di rumah. Komunikasikan hal ini beberapa hari sebelumnya dgn istri agar ia paham dengan kesibukan akhir pekan ini. Jika anak-anak sudah mengerti, diskusikan juga dengan mereka.
Jika semua berjalan sesuai harapan hal ini dapat dicapai. Namun tak jarang terjadi peserta rapat telat, kelambatan transport, muncul aktivitas selingan yg tak terduga, agenda rapat lebih lama dari perkiraan dll. Jika ini sering terjadi maka tidak baik bagi siapapun. Saat pergi sendirian maka saya usahakan untuk dapat tiba di rumah kembali sebelum jam 6 sore atau paling lambat sebelum magrib agar sinkron dengan jadwal anak2 balita kami. Bagaimanapun akhir pekan memang prioritas pribadi (me-time) dan keluarga.
Usahakan untuk di luar rumah hanya satu diantara dua hari libur yg tersedia tsb.
Andaikan ada waktu 24 jam sehari dimana 6 jam untuk tidur dan 2 jam untuk ibadah/makan/mandi maka tersisa 18 jam:
22:00 - 18:00: waktu keluarga (4 jam)
18:00 - 12:00: urusan luar rumah (6 jam)
12:00 - 05:00: waktu pribadi/keluarga (7 jam)
Bilamana urusan luar rumah "hampir" memakan family time yg disepakati, coba untuk memberitahu lebih awal kepada keluarga. Syukur-syukur ada anggaran untuk menepati jadwal tsb dgn menyewa taksi he..he.. Once upon a time I spent nearly $30 to cut 30 mins of journey time to pray Magrib on time at home :-)
Insya Allah kita dimudahkan untuk menunaikan hak-hak keluarga dan masyarakat.
No comments:
Post a Comment