Notifikasi berupa nada atau getar handphone (HP) dapat hadir kapanpun. Kadang sengaja dinantikan atau ia datang sesukanya. Ia menjelma menjadi interupsi bagi yg meladeninya, namun bagi yg tak mengindahkan, tak berakibat apa-apa. Betapa ramai HP yg sengaja diset silent mode: HP si anak yg tak mau menerima panggilan ortu/guru, SMS yg sengaja tak dibaca atau tak dibalas karena memang sedang tak mau diganggu atau ilfeel dengan si pengirim, status YM yg dibuat offline, alarm pengajak shalat Subuh di pagi hari dll.
Namun jauh lebih ramai lagi orang2 yg senang dengan notifikasi. Jelas dong, ini memang fungsinya, pesan singkat membuat siapapun dpt dihubungi dimana saja, sinyal nyambung terus. Meski kurang dari 160 huruf, SMS adalah sebuah ketagihan (addiction) sejak 10 tahun belakangan ini. Setelah SMS, ada tweet (140 huruf), chat, buzz, dan tentunya dering HP itu sendiri. Seorang teman punya definisi praktis tentang ketagihan. Menurutnya, asalkan sesuatu (dapat berupa benda, kegiatan, dll) itu telah membuat seseorang mengabaikan hal2 penting lain yg wajib atau bernilai kemaslahatan (baginya) maka itulah ketagihan.
Dan sebagaimana ketagihan lainnya ia pun dapat merusak ibadah. Notifikasi yg dapat melalaikan seorang muslim saat akan atau sedang berkomunikasi dengan Tuhannya. Di saat melangkahkan kaki memasuki mushalla, setelah berwudhu, menunggu iqamah untuk shalat, mendengarkan khutbah/ceramah, menunaikan shalat, berzikir/berdoa, dll. Sesuatu yg hadir melalui getar di saku celana, kedipan cahaya di atas sajadah, layar kecilnya yang berbinar menampilkan received call/incoming SMS dari seseorang meski HP sudah tak bersuara. Jika dalam shalat berjamaah tentulah mengganggu orang lain. Tak heran jika di masjid2, imam selalu mengingatkan makmum agar menenangkan HP selama waktu shalat.
Telungkupkan HP itu untuk sementara sehingga kita tak menjadi laron yg senang terbang mendekati sinar yg terang. Meski kita hanya shalat di rumah entah sendiri atau berjamaah, matikan deringnya. Pengalaman pribadi di rumah, kadang saya lupa mematikannya dan alhasil saat shalat/zikir terdengar bunyi telp/pesan yg masuk. Tips saya, jangan ladeni notifikasi itu. Meski shalat sudah usai dan kita sedang berzikir/baca al-Quran. Mana tahu pesan yg datang hanyalah spam/iklan (ini bisa diacuhkan), isi pesan yg membuat kening berkerut utk berfikir apa maksud dan balasannya (konsentrasi terganggu), atau pesan yg membuat kita terlompat dan harus meninggalkan aktivitas ibadah saat itu juga (paling jelek).
Itulah sekilas cobaan dari sebuah pesan singkat, sebuah perangkat komunikasi yg dapat menyapa pemakainya kapan dan dimana saja. Sebagai penguasa merdeka dari hati dan otak, kita punya kemampuan untuk mengatur/mengurangi hal2 dari luar yg dapat menginterupsi kegiatan ibadah. Tak ada ruginya menunda 10 menit untuk menyelesaikan ritual shalat/zikir/baca Quran karena ini jelas lebih utama. Keutamaan untuk memelihara kanal komunikasi langsung tanpa perantara dengan Sang Pencipta, kanal utk mengadukan harapan/keinginan/keampunan/ketenangan ... dan tak mudah utk membuat saluran sebagaimana yg kita tahu. Perlu niat, konsentrasi, dan kesungguhan hati yang luar biasa ! Jelas amat rugi jika jalur online yg telah terbentuk ini buyar bubar hanya karena ada pesan iklan masuk ?
Yaa Muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa diinika wa 'alaa tha'atiq.
Wahai Dzat yang membolak-balik hati manusia, tetapkanlah hati ini dalam agama dan ketaatan kepadamu.
*Foto dari kolega ST saat ustadz Jeffry al Buchory mengisi Maulid Rasul di KBRI (SI Feb 2011)
Feb 28, 2011
Doa Untuk Semua
Rasanya tiada doa universal selengkap dan sejujur ini.
(1) Pertama belajar dari buku Pelajaran Shalat sewaktu SD, pasti masih ingat semua.
Ini doa paling populer terutama tiap khatib menutup khutbah Jumat (krn merupakan salahsatu rukun di akhir khutbah kedua). Bagi anak laki2 ini ini artinya Last Call, sambil kucek-kucek mata, mengumpulkan nyawa dari tertidur saat khutbah.
Allahummaghfir lil mu'minina wal mu'minaat wal muslimiina wal muslimaat, al-ahyaa-i minhum wal-amwaat
Ya Allah berikanlah ampunan bagi orang mukmin pria dan wanita, orang
muslim pria dan wanita, baik yang masih hidup atau yang telah wafat.
(2) Lalu ada doa yang lebih spesifik yang diajarkan pada kita, mengambil contoh dari keagungan persaudaraan golongan Anshar dan Muhajirin saat hijrah.
Doa ini dilantunkan sahabat Anshar yang meminta kepada Allah dijauhkan dari rasa dengki kepada saudara Muhajirin yg lebih dahulu beriman dibanding mereka.
Rabbanaghfir lana wali ikhwaaninalladzina sabaquuna bil imaani walaa taj'al fii quluubina ghillal lilladinna aamanuu rabbanaa innaka rauufurrahiim (kutipan al Hasyr 10)
Ya Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara saudara kami yang telah mendahului kami dengan iman dan janganlah Engkau jadikan di dalam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau adalah Maha Penyantun, Maha Penyayang.
Mengapa kita perlu mendoakan saudara-saudari seiman tanpa pusing apa mahdzab nya. Ini beberapa dasarnya.
Di dalam al Quran surat Muhammad ayat 19 " ... dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan...".
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata Aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan".
Sapujagat, mudah dan tidak eksklusif :-)
Kalau mau dibuat eksklusif, yah diniatkan doa ini untuk muslim ahlul sunnah wal jama'ah, baik yang masih hidup dan bagi yg telah tiada dimana sebelum wafatnya dalam keadaaan berserah diri pada Allah.
Allah pemegang kuasa tunggal untuk memberi ampunan sedangkan sebagai mahluk Nya kita hanya dapat berdoa. Baik sendiri atau "tolong menolong". Yuk saling mendokan kebaikan, minimal dengan dua doa di atas, semoga kebaikan itu tercurah bagi yg mendoakan sesuai hadits di atas.
Tentunya bahagia melihat seramai mungkin jamaah muslimin dan muslimat reuni di ar-Raudhah, taman-taman syurga, Amiin.
*catatan: diedit dari kiriman di milis IMAS
Mudah2an Allah menjauhkan kita dari sikap dengki dan melaknat orang lain terutama mereka yg telah berjasa menyampaikan Islam hingga sampai kepada kita sekarang.
(1) Pertama belajar dari buku Pelajaran Shalat sewaktu SD, pasti masih ingat semua.
Ini doa paling populer terutama tiap khatib menutup khutbah Jumat (krn merupakan salahsatu rukun di akhir khutbah kedua). Bagi anak laki2 ini ini artinya Last Call, sambil kucek-kucek mata, mengumpulkan nyawa dari tertidur saat khutbah.
Allahummaghfir lil mu'minina wal mu'minaat wal muslimiina wal muslimaat, al-ahyaa-i minhum wal-amwaat
Ya Allah berikanlah ampunan bagi orang mukmin pria dan wanita, orang
muslim pria dan wanita, baik yang masih hidup atau yang telah wafat.
(2) Lalu ada doa yang lebih spesifik yang diajarkan pada kita, mengambil contoh dari keagungan persaudaraan golongan Anshar dan Muhajirin saat hijrah.
Doa ini dilantunkan sahabat Anshar yang meminta kepada Allah dijauhkan dari rasa dengki kepada saudara Muhajirin yg lebih dahulu beriman dibanding mereka.
Rabbanaghfir lana wali ikhwaaninalladzina sabaquuna bil imaani walaa taj'al fii quluubina ghillal lilladinna aamanuu rabbanaa innaka rauufurrahiim (kutipan al Hasyr 10)
Ya Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara saudara kami yang telah mendahului kami dengan iman dan janganlah Engkau jadikan di dalam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau adalah Maha Penyantun, Maha Penyayang.
Mengapa kita perlu mendoakan saudara-saudari seiman tanpa pusing apa mahdzab nya. Ini beberapa dasarnya.
Di dalam al Quran surat Muhammad ayat 19 " ... dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan...".
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata Aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan".
Sapujagat, mudah dan tidak eksklusif :-)
Kalau mau dibuat eksklusif, yah diniatkan doa ini untuk muslim ahlul sunnah wal jama'ah, baik yang masih hidup dan bagi yg telah tiada dimana sebelum wafatnya dalam keadaaan berserah diri pada Allah.
Allah pemegang kuasa tunggal untuk memberi ampunan sedangkan sebagai mahluk Nya kita hanya dapat berdoa. Baik sendiri atau "tolong menolong". Yuk saling mendokan kebaikan, minimal dengan dua doa di atas, semoga kebaikan itu tercurah bagi yg mendoakan sesuai hadits di atas.
Tentunya bahagia melihat seramai mungkin jamaah muslimin dan muslimat reuni di ar-Raudhah, taman-taman syurga, Amiin.
*catatan: diedit dari kiriman di milis IMAS
Mudah2an Allah menjauhkan kita dari sikap dengki dan melaknat orang lain terutama mereka yg telah berjasa menyampaikan Islam hingga sampai kepada kita sekarang.
Feb 24, 2011
Masjid Menyeret Ku
Pernahkah saudara merasakan panggilan untuk datang ke masjid yang begitu kuat. Panggilan yang dapat diumpamakan bagai arus deras di sungai besar yang curam. Menyeret sang hamba tanpa ampun, tiada akar, kayu melintang, atau batu yang dapat diraih untuk berhenti sekejap mengubah haluan. Tak ada pilihan lain, hanya satu jalan yakni mengikutinya. Semesta mendukung, semuanya bersatu membuat seorang hamba tak punya pilihan lain kecuali menuruti kehendak sang Rabb untuk masuk ke rumah Nya, berdiri mengagungkan dan sujud memuji nama Nya.
Apakah ini telah direncanakan atau hanya kebetulan ?
Pulang kantor kemarin agak awal, saya rencanakan utk singgah membeli keperluan yg kebetulan tidak dijual dekat rumah. Saat itu matahari mulai condong ke barat dan Magrib masih lebih dari satu setengah jam lagi. Saya mulai menghitung waktu. Perjalanan menuju mall yg ada agak di tengah kota, plus waktu belanja, dan naik bus pulang ke rumah mungkin boleh ditempuh kurang dari dua jam. Estimasi kasar di otak menyimpulkan lanjutkan saja perjalanan, mudah2an tak ada macet, barangnya mudah ditemukan, sehingga tak telat Magrib di rumah.
Di alam bawah sadar, otak ini diam-diam sudah merekam dengan teliti bahwa jangan sampai terlambat shalat, apapun alasannya.
Perjalanan pun dimulai. Saya cek situs SBSTransit untuk jadwal kedatangan bus yg akan membawa saya ke mall tsb. 12 menit lagi ! Ada sedikit interupsi alami, harus BAK dulu (baca: ke toilet). Ambil tas dan bergegas menuju lift turun kantor. Wah jatah menit makin berkurang nih. Alhamdulillah terkejar juga bus tsb meski dengan lari-lari kecil menuruni tangga penyeberangan menuju bus stop. Selanjutnya perjalanan lancar karena belum ramai kendaraan2 yg pulang kantor. Di tengah jalan saya mensms istri dan beroleh balasan segera ... ada titipan tambahan ... tak penting banget sih. Sukses tiba dalam 30 menit dan langsung menuju lantai yg menjual barang yg dicari.
Namanya mencari asesoris barang elektronik, tentunya tak semudah mencari pasta gigi Darlie. Mall nya luas, satu lantai khusus elektronik dengan tata letak ruangan yg padat dengan rak-rak produk dan tumpukan kardus stok barang yg memenuhi lantai. Saya tanya seorang SPG untuk memfokuskan pencarian. Bertemu lokasi rak nya. Nah sekarang mata harus fokus untuk meneliti satu persatu detail dari asesoris yg saya cari di rak tsb ... banyak tipe nya ... FC834- ... wah ribet juga. Sementara waktu terus berjalan. Saya pegangi satu kotak yg kira-kira mendekati model pilihan saya. Tapi masih belum yakin dan mata terus mensortir kalau-kalau ada yang memang pasti model yg dicari dan mungkin juga lebih murah :-) Sampai akhirnya ada seorang asisten toko pria yang membantu meyakinkan saya, bahwa pilihan saya sudah benar !
Bergegas beranjak dari sana menuju lantai lain. Nah sekarang utk mencari kebutuhan tak wajib yg tadi di sms istri. Santai lah fikirku, lokasinya pun kukenal pasti. Namun jangan salah di lantai inilah setan menghembuskan banyak keraguan di hati, antara pilihan satu dengan lainnya. Memang barang yg dicari ini tidak spesifik, apa saja merek atau nama nya asal saya dan istri "suka". Namun istri kan tidak ikut ke sini, bagaimana dapat saya memutuskan sendiri tanpa mengecewakan nanti hu..hu..
Benar juga, petualangan mencari barang yg tidak penting inilah yang ternyata memakan masa lebih lama. Sesuatu yang tak pernah terfikirkan dan jelas meletihkan. Sampai nanar mata, pusing, dan pegel. Mgkn krn syaraf bawah sadar pun sudah mengirim sinyal alarm, tiap sebentar mengecek jam di tangan. Cuci mata menjadi tak enjoy lagi, berbenturan antara nafsu (karena barang yg pas belum bertemu) dan kesadaran untuk cepat keluar dari mall ini. Dengan cepat saya putuskan apa yang akan dibeli dan segera menuju kasir dengan tiga item yg dicari. Bagus juga tak ramai pembeli petang itu sehingga tak ada antrian.
Saat itu jam tangan menunjukkan masih ada 30 menit lagi menjelang azan. Dari mall tsb ke rumah perlu waktu sekitar 45 menitan, dalam hati saya berkata, not too late hopefully. Namun ternyata tipis harapan. Bus yg harusnya saya naiki utk pulang, baru saja lewat and waiting for next one can be another 10-20 minutes ! Namun hati ini masih bersikeras, saya akan shalat di rumah, saya akan berjamaah Magrib bersama istri di rumah. Mahluk gaib bernama usus pun "setuju" dengan usulan ini karena makin cepat sampai di rumah artinya cepat ia diisi.
Tunggu punya tunggu, bus yg sama tak kunjung muncul, oke lah tak sabar saya pakai bus lain dulu menuju bus stop yg lebih banyak alternatifnya. Lancar, tiba di bus stop berikutnya. Di sini ada beberapa bus yg akan menuju rumah. Ternyata semua bus yg saya perlukan kompak tidak ada yg datang, sementara menit terus berlari dan kini hanya 15 menit lagi sebelum dee-jay Warna FM mengucapkan "... sebentar lagi akan kedengaran azan Magrib untuk wilayah Singapura ...". Tambah gelisah dan otak berputar keras apa yg harus dikerjakan, sementara tampak antrian panjang kendaraan pun mulai mengular menyempitkan jalan di petang 7 PM itu.
Akhirnya saya menyerah. Begitu tampak merah putih ungu dua lantai bernomor jidat 64 itu langsung saya stop. Mudah2n waktu 12 menit ini tidak sia-sia saya perjuangkan untuk dapat mengejar masjid terdekat. Urusan pulang dari sana, urusan belakangan. Dari masjid tsb biasanya hanya perlu 30 menit utk sampai rumah. Deg..deg...an yang tadi nya menantikan bus utk pulang kini berganti utk mengejar jamaah Magrib. Langsung saya sms Elwis di rumah, mengabarkan akan shalat di luar.
Bus berhenti enam halte kemudian dan saya paksa badan ini kembali berlari- lari kecil karena sayup-sayup terdengar muadzin mengumandangkan ... ah tak mungkin azan, itu sudah iqamat ! Benar saja, saat saya mengintip ke ruang shalat, tampak shaf sudah terbentuk dan imam bersiap akan takbir. Segera lepas sepatu dan berwudhu, alhamdulillah imam tak baca Qulyaa-ayyuhal- kafiruun di rakaat pertama, sehingga saya pun dapat bergabung tanpa menyandang titel masbuq. Alhamdulillaah ...
Kini yg terasa perasaan nikmat, sejuk dan tenang, serasa baru saja menyelesaikan sebuah perlombaan dan jadi pemenang. Nikmat yg diperjuangkan, ditarik magnet ribuan Tesla dari rumah Allah. Nikmat badan sehat yg siap sedia dipacu untuk mengejar ridha Nya.
Mengapa saya sering lupa keistimewaan ini ?
Mengapa banyak saudara sesama muslim yg juga tak mengindahkan panggilan ini ?
Dilalaikan oleh pekerjaan-perjalanan-mengisiperut-ngobrolsantai dll, padahal masjid begitu dekat dengan tempat mereka. Tak perlu bersusah payah untuk mencapainya dan merelakan "waktu berharga" yg HANYA 10 menit utk melapor pada Sang Pemilik Jiwa. Memang sering saya merasa waktu menunggu azan 10 menit itu terlalu lama dan lebih baik dipakai utk hal-hal lain yg berakibatkan shalat itu berlalu 30 menit begitu saja ck..ck..
Apa salahnya menunggu 10 menit daripada tertinggal 30 menit.
Tiga rakaat Magrib yang amat berarti. Teriring doa berharap agar semua yg dilakukan mendapat curahan ridha Nya. Kini saya dapat pulang dengan tenang. Gelisah dalam hati telah pergi. Entah kemana nyanyian usus dua belas jari yg protes berat dua belas menit tadi minta segera diisi. Mungkin saya dapat mencari alternatif lain dan tetap tiba di rumah, namun jelas rugi melewatkan bonus 27 kali ganda berjamaah di masjid. Akan lebih baik lagi tentunya jika saya sudah mengikhlaskan utk shalat Magrib di masjid, tak perlu merasa diseret, dan tak perlu gusar bergegas pulang.
Usai shalat saya berjalan perlahan kembali ke halte bus tadi, menanti bus utk melanjutkan perjalanan pulang menutup diary perjalanan hari ini. Saya ikhlas, tak akan menyesal, jika di lain waktu masjid menyeret saya menjadi tamunya lagi. Bagi saya jelas sekali sore itu: kesinkronan tubuh dengan >>> jam tangan, kasir, bus-bus ke arah rumah yang tak kunjung muncul, SBS nomor 64 yang tahu-tahu muncul, iqamah, dan pilihan surat pendek sang Imam <<< benar2 membuat saya jadi tamu yg diseret menjadi makmumnya. Alhamdulillah ini jelas jauh lebih baik daripada "diseret" memasuki galian tanah 1x2 meter persegi tanpa membawa bekal cukup utk perjalanan ke akhirat nanti.
*foto koleksi Imran Arshad
Apakah ini telah direncanakan atau hanya kebetulan ?
Pulang kantor kemarin agak awal, saya rencanakan utk singgah membeli keperluan yg kebetulan tidak dijual dekat rumah. Saat itu matahari mulai condong ke barat dan Magrib masih lebih dari satu setengah jam lagi. Saya mulai menghitung waktu. Perjalanan menuju mall yg ada agak di tengah kota, plus waktu belanja, dan naik bus pulang ke rumah mungkin boleh ditempuh kurang dari dua jam. Estimasi kasar di otak menyimpulkan lanjutkan saja perjalanan, mudah2an tak ada macet, barangnya mudah ditemukan, sehingga tak telat Magrib di rumah.
Di alam bawah sadar, otak ini diam-diam sudah merekam dengan teliti bahwa jangan sampai terlambat shalat, apapun alasannya.
Perjalanan pun dimulai. Saya cek situs SBSTransit untuk jadwal kedatangan bus yg akan membawa saya ke mall tsb. 12 menit lagi ! Ada sedikit interupsi alami, harus BAK dulu (baca: ke toilet). Ambil tas dan bergegas menuju lift turun kantor. Wah jatah menit makin berkurang nih. Alhamdulillah terkejar juga bus tsb meski dengan lari-lari kecil menuruni tangga penyeberangan menuju bus stop. Selanjutnya perjalanan lancar karena belum ramai kendaraan2 yg pulang kantor. Di tengah jalan saya mensms istri dan beroleh balasan segera ... ada titipan tambahan ... tak penting banget sih. Sukses tiba dalam 30 menit dan langsung menuju lantai yg menjual barang yg dicari.
Namanya mencari asesoris barang elektronik, tentunya tak semudah mencari pasta gigi Darlie. Mall nya luas, satu lantai khusus elektronik dengan tata letak ruangan yg padat dengan rak-rak produk dan tumpukan kardus stok barang yg memenuhi lantai. Saya tanya seorang SPG untuk memfokuskan pencarian. Bertemu lokasi rak nya. Nah sekarang mata harus fokus untuk meneliti satu persatu detail dari asesoris yg saya cari di rak tsb ... banyak tipe nya ... FC834- ... wah ribet juga. Sementara waktu terus berjalan. Saya pegangi satu kotak yg kira-kira mendekati model pilihan saya. Tapi masih belum yakin dan mata terus mensortir kalau-kalau ada yang memang pasti model yg dicari dan mungkin juga lebih murah :-) Sampai akhirnya ada seorang asisten toko pria yang membantu meyakinkan saya, bahwa pilihan saya sudah benar !
Bergegas beranjak dari sana menuju lantai lain. Nah sekarang utk mencari kebutuhan tak wajib yg tadi di sms istri. Santai lah fikirku, lokasinya pun kukenal pasti. Namun jangan salah di lantai inilah setan menghembuskan banyak keraguan di hati, antara pilihan satu dengan lainnya. Memang barang yg dicari ini tidak spesifik, apa saja merek atau nama nya asal saya dan istri "suka". Namun istri kan tidak ikut ke sini, bagaimana dapat saya memutuskan sendiri tanpa mengecewakan nanti hu..hu..
Benar juga, petualangan mencari barang yg tidak penting inilah yang ternyata memakan masa lebih lama. Sesuatu yang tak pernah terfikirkan dan jelas meletihkan. Sampai nanar mata, pusing, dan pegel. Mgkn krn syaraf bawah sadar pun sudah mengirim sinyal alarm, tiap sebentar mengecek jam di tangan. Cuci mata menjadi tak enjoy lagi, berbenturan antara nafsu (karena barang yg pas belum bertemu) dan kesadaran untuk cepat keluar dari mall ini. Dengan cepat saya putuskan apa yang akan dibeli dan segera menuju kasir dengan tiga item yg dicari. Bagus juga tak ramai pembeli petang itu sehingga tak ada antrian.
Saat itu jam tangan menunjukkan masih ada 30 menit lagi menjelang azan. Dari mall tsb ke rumah perlu waktu sekitar 45 menitan, dalam hati saya berkata, not too late hopefully. Namun ternyata tipis harapan. Bus yg harusnya saya naiki utk pulang, baru saja lewat and waiting for next one can be another 10-20 minutes ! Namun hati ini masih bersikeras, saya akan shalat di rumah, saya akan berjamaah Magrib bersama istri di rumah. Mahluk gaib bernama usus pun "setuju" dengan usulan ini karena makin cepat sampai di rumah artinya cepat ia diisi.
Tunggu punya tunggu, bus yg sama tak kunjung muncul, oke lah tak sabar saya pakai bus lain dulu menuju bus stop yg lebih banyak alternatifnya. Lancar, tiba di bus stop berikutnya. Di sini ada beberapa bus yg akan menuju rumah. Ternyata semua bus yg saya perlukan kompak tidak ada yg datang, sementara menit terus berlari dan kini hanya 15 menit lagi sebelum dee-jay Warna FM mengucapkan "... sebentar lagi akan kedengaran azan Magrib untuk wilayah Singapura ...". Tambah gelisah dan otak berputar keras apa yg harus dikerjakan, sementara tampak antrian panjang kendaraan pun mulai mengular menyempitkan jalan di petang 7 PM itu.
Akhirnya saya menyerah. Begitu tampak merah putih ungu dua lantai bernomor jidat 64 itu langsung saya stop. Mudah2n waktu 12 menit ini tidak sia-sia saya perjuangkan untuk dapat mengejar masjid terdekat. Urusan pulang dari sana, urusan belakangan. Dari masjid tsb biasanya hanya perlu 30 menit utk sampai rumah. Deg..deg...an yang tadi nya menantikan bus utk pulang kini berganti utk mengejar jamaah Magrib. Langsung saya sms Elwis di rumah, mengabarkan akan shalat di luar.
Bus berhenti enam halte kemudian dan saya paksa badan ini kembali berlari- lari kecil karena sayup-sayup terdengar muadzin mengumandangkan ... ah tak mungkin azan, itu sudah iqamat ! Benar saja, saat saya mengintip ke ruang shalat, tampak shaf sudah terbentuk dan imam bersiap akan takbir. Segera lepas sepatu dan berwudhu, alhamdulillah imam tak baca Qulyaa-ayyuhal- kafiruun di rakaat pertama, sehingga saya pun dapat bergabung tanpa menyandang titel masbuq. Alhamdulillaah ...
Kini yg terasa perasaan nikmat, sejuk dan tenang, serasa baru saja menyelesaikan sebuah perlombaan dan jadi pemenang. Nikmat yg diperjuangkan, ditarik magnet ribuan Tesla dari rumah Allah. Nikmat badan sehat yg siap sedia dipacu untuk mengejar ridha Nya.
Mengapa saya sering lupa keistimewaan ini ?
Mengapa banyak saudara sesama muslim yg juga tak mengindahkan panggilan ini ?
Dilalaikan oleh pekerjaan-perjalanan-mengisiperut-ngobrolsantai dll, padahal masjid begitu dekat dengan tempat mereka. Tak perlu bersusah payah untuk mencapainya dan merelakan "waktu berharga" yg HANYA 10 menit utk melapor pada Sang Pemilik Jiwa. Memang sering saya merasa waktu menunggu azan 10 menit itu terlalu lama dan lebih baik dipakai utk hal-hal lain yg berakibatkan shalat itu berlalu 30 menit begitu saja ck..ck..
Apa salahnya menunggu 10 menit daripada tertinggal 30 menit.
Tiga rakaat Magrib yang amat berarti. Teriring doa berharap agar semua yg dilakukan mendapat curahan ridha Nya. Kini saya dapat pulang dengan tenang. Gelisah dalam hati telah pergi. Entah kemana nyanyian usus dua belas jari yg protes berat dua belas menit tadi minta segera diisi. Mungkin saya dapat mencari alternatif lain dan tetap tiba di rumah, namun jelas rugi melewatkan bonus 27 kali ganda berjamaah di masjid. Akan lebih baik lagi tentunya jika saya sudah mengikhlaskan utk shalat Magrib di masjid, tak perlu merasa diseret, dan tak perlu gusar bergegas pulang.
Usai shalat saya berjalan perlahan kembali ke halte bus tadi, menanti bus utk melanjutkan perjalanan pulang menutup diary perjalanan hari ini. Saya ikhlas, tak akan menyesal, jika di lain waktu masjid menyeret saya menjadi tamunya lagi. Bagi saya jelas sekali sore itu: kesinkronan tubuh dengan >>> jam tangan, kasir, bus-bus ke arah rumah yang tak kunjung muncul, SBS nomor 64 yang tahu-tahu muncul, iqamah, dan pilihan surat pendek sang Imam <<< benar2 membuat saya jadi tamu yg diseret menjadi makmumnya. Alhamdulillah ini jelas jauh lebih baik daripada "diseret" memasuki galian tanah 1x2 meter persegi tanpa membawa bekal cukup utk perjalanan ke akhirat nanti.
*foto koleksi Imran Arshad
Feb 16, 2011
Niat, Ilmu, dan Ikhlas
Terdapat sebuah hadits shahih yg tampil dlm Shahih Bukhari dan Shahih Muslim:
Dari Ibnu ‘Abbas ra, dari Rasulullah SAW, “beliau meriwayatkan dari Allah SWT. Firman-Nya:Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”.
Dari hadits di atas diketahui dua jenis niat, niat baik atau niat buruk, putih atau hitam.
Tidak ada abu-abu.
Niat biasanya diikuti dengan perbuatan. Ada yg tuntas, batal, atau "setengah" jalan dilakukan. Niat baik yg dikerjakan minimal dapat 11 poin (1 poin utk niatnya dan 10 poin utk kerjanya), sementara niat jahat hanya bernilai 0 atau 1 poin (0 jika tak dilakukan dan 1 poin jika jadi terlaksana). Saya tak tahu apakah 1 poin kebaikan itu dapat menghapus 1 poin kejahatan, atau perlu beribu poin kebaikan untuk mengatasi 1 poin kejahatan.
Niat dan Ilmu
Kembali kepada niat baik dan niat jahat. Bagaimana agar seorang muslim dapat membedakan apakah ia sudah memasang niat baik atau niat jahat ? Menurut saya disini pentingnya kerjasama hati dan otak. Kedua organ ini sama penting. Bagi sesuatu yg umum atau jelas hukumnya tentunya mudah. Tunggu dulu, jelas hukumnya utk siapa ? Bagi orang awam yg pemahaman agamanya masih sedikit tentu bimbang menentukan sendiri apakah niat yg diturutinya itu baik atau buruk. Itupun kalau masih sempat bertanya dalam hati mengkaji niatnya. Baik itu pasti diridhai Allah, menuntun pelakunya pada kemuliaan, ke arah perbaikan, keselamatan dll. Buruk adalah kebalikannya, sesuatu yg dimurkai Allah karena menimbulkan kerusakan, kehancuran akal, jiwa, mahluk, atau kesia-siaan.
Boleh jadi, sesuatu yg di dalam fikiran atau kebiasaan orang awam tadi baik atau boleh-boleh saja, sebenarnya adalah sesuatu yg terlarang karena melenceng dari aqidah yg benar (bid'ah sesat), memicu salah paham, menimbulkan penyakit di kemudian hari dll. Oleh karena itu disinilah peranan ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Yang dipelajari sendiri lewat bacaan, bertanya kepada ahlinya, atau mendengarkan majelis2 ilmu. Dengan ilmu, seseorang yakin bahwa niat yg dipilih memang benar, yg Allah juga ridha dengan amalannya nanti. Bukannya niat yg tidak ia sadari bahwa itu niat yg salah. Semoga Allah selalu memberi hidayah menuntun kita memasang niat yg baik.
Konsistensi
Tema keikhlasan adalah tema yg akan tetap favorit hingga akhir masa bagi orang2 yg rindu menjaga kesucian amalannya. Bagaimana menjaga keikhlasan hati, sementara batas nya dengan riya (syirik kecil) itu amat tipis. Sampai2 dilukiskan payahnya mendeteksi riya di dalam hati ini semisal mencari jejak semut hitam diatas batu hitam di malam yg kelam pekat (tanpa bantuan senter dan sejenisnya of coz).
Sementara amalan fardhu itu wajib dilakukan dan mengerjakan amal2 baik itu tidak pernah ada hentinya (Fastabiqul khairat = berlomba-lomba mengerjakan kebaikan), nah bagaimana agar keikhlasan tetap dapat dijaga. Salah bila kita menunda atau batal beramal baik karena perasaan ragu sebab banyak orang yg memperhatikan, tenggang rasa dengan umat agama lain, takut dibilang sombong, mengganggu acara/agenda rapat/pemandangan dll. Jangan sampai kita meninggalkan perbuatan baik, yg artinya mencari murka Allah demi menanti ridha manusia. Jika ini terjadi, maka ini pun termasuk pasal riya.
Salahsatu cara yg saya amalkan untuk menghindari perasaan riya (atau takut terjerumus pada tidak ikhlas) adalah dengan membiasakan diri berbuat baik (KONSISTEN). Jangan menunggu berbuat baik, beribadah kualitas prima, berinfaq lebih, atau mengerjakan ibadah nawafil (sunnah) hanya pada momen-momen tertentu (tempat khusus, waktu khusus, acara khusus).
Setelah membiasakan diri di suatu level, sudah nyaman di sana, coba TINGKATKAN kualitas dan/atau kuantitas nya. Peningkatan ini dilaksanakan secara bertahap dan --lebih utama-- bukan pada momen-momen khusus tadi. Inilah yg namanya pembiasaan diri mengerjakan kebaikan prima dan semata krn Allah SWT. Mudah2n kemungkinan timbulnya perasaan riya atau takut tidak ikhlas akan lenyap karena memang sudah jadi kebiasaan. Awalnya berat, hati belum tenang, namun lama2 terbiasa.
Misalnya:
(1) Saat jadi imam atau shalat sendiri biasakan melafalkan bacaan shalat dengan tartil.
(2) Biasakan membaca surat yg agak panjang saat jadi imam di rumah atau jadi imam di mesjid.
(3) Biasakan berzikir/doa seusai shalat, rutin baca al Quran, shalat sunat rawatib.
(4) Berinfaq Rp. 10000 tiap shalat di mesjid, bukan hanya shalat idul fitri/idul adha saja.
(5) Ikut kerja2 amal, sosial tanpa pamrih spt mencari popularitas, uang dll.
Perangkap Kebiasaan
Satu hal yg perlu diberi perhatian di saat amalan sudah menjadi kebiasaan adalah JANGAN PERNAH LUPA pasang niat lillaahi ta'ala. Jangan2 krn sudah "biasa", semua jadi otomatis, taken for granted, dan tak ingat bahwa utk menggapai poin-poin kebaikan dan terutama ridha Allah, kuncinya adalah niat di awal kegiatan. Melakukannya pun tetap perlu serius sesuai tuntunan syar'i. Jangan sampai amalan baik yg dilakukan tidak bernilai ibadah dan nihil dari poin-poin kebaikan yg sedang kita cari.
Allah dan Rasulullah SAW tahu kesulitan umat nya dalam menjaga hati dalam urusan niat dan keikhlasan ini. Malah banyak yg sudah terlebih dahulu salah melangkah karena belum ada ilmu. Intinya adalah memohon perlindungan Allah untuk menjaga agar niat dan keikhlasan kita terlindung dari noda2 syirik baik kecil/besar dan disadari/tidak.
Diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dan At Thabrani dari shahabat Abu Musa Al Asy'ari bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia takutlah akan As Syirik ini, sesungguhnya ia lebih tersamar dari pada semut. Maka berkata padanya: "Bagaimana kami merasa takut dengannya sementara ia lebih tersamar daripada semut? Maka berkata Rasulullah SAW mengajarkan:" Ucapkanlah: "Ya, Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui. Dan kami memohon ampunan kepada-Mu dari dosa (syirik) yang kami tidak mengetahuinya."
Notes:
(1) Hadits 40 (Arba'in) dari Imam Nawawi
Dari Ibnu ‘Abbas ra, dari Rasulullah SAW, “beliau meriwayatkan dari Allah SWT. Firman-Nya:Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”.
Dari hadits di atas diketahui dua jenis niat, niat baik atau niat buruk, putih atau hitam.
Tidak ada abu-abu.
Niat biasanya diikuti dengan perbuatan. Ada yg tuntas, batal, atau "setengah" jalan dilakukan. Niat baik yg dikerjakan minimal dapat 11 poin (1 poin utk niatnya dan 10 poin utk kerjanya), sementara niat jahat hanya bernilai 0 atau 1 poin (0 jika tak dilakukan dan 1 poin jika jadi terlaksana). Saya tak tahu apakah 1 poin kebaikan itu dapat menghapus 1 poin kejahatan, atau perlu beribu poin kebaikan untuk mengatasi 1 poin kejahatan.
Niat dan Ilmu
Kembali kepada niat baik dan niat jahat. Bagaimana agar seorang muslim dapat membedakan apakah ia sudah memasang niat baik atau niat jahat ? Menurut saya disini pentingnya kerjasama hati dan otak. Kedua organ ini sama penting. Bagi sesuatu yg umum atau jelas hukumnya tentunya mudah. Tunggu dulu, jelas hukumnya utk siapa ? Bagi orang awam yg pemahaman agamanya masih sedikit tentu bimbang menentukan sendiri apakah niat yg diturutinya itu baik atau buruk. Itupun kalau masih sempat bertanya dalam hati mengkaji niatnya. Baik itu pasti diridhai Allah, menuntun pelakunya pada kemuliaan, ke arah perbaikan, keselamatan dll. Buruk adalah kebalikannya, sesuatu yg dimurkai Allah karena menimbulkan kerusakan, kehancuran akal, jiwa, mahluk, atau kesia-siaan.
Boleh jadi, sesuatu yg di dalam fikiran atau kebiasaan orang awam tadi baik atau boleh-boleh saja, sebenarnya adalah sesuatu yg terlarang karena melenceng dari aqidah yg benar (bid'ah sesat), memicu salah paham, menimbulkan penyakit di kemudian hari dll. Oleh karena itu disinilah peranan ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Yang dipelajari sendiri lewat bacaan, bertanya kepada ahlinya, atau mendengarkan majelis2 ilmu. Dengan ilmu, seseorang yakin bahwa niat yg dipilih memang benar, yg Allah juga ridha dengan amalannya nanti. Bukannya niat yg tidak ia sadari bahwa itu niat yg salah. Semoga Allah selalu memberi hidayah menuntun kita memasang niat yg baik.
Konsistensi
Tema keikhlasan adalah tema yg akan tetap favorit hingga akhir masa bagi orang2 yg rindu menjaga kesucian amalannya. Bagaimana menjaga keikhlasan hati, sementara batas nya dengan riya (syirik kecil) itu amat tipis. Sampai2 dilukiskan payahnya mendeteksi riya di dalam hati ini semisal mencari jejak semut hitam diatas batu hitam di malam yg kelam pekat (tanpa bantuan senter dan sejenisnya of coz).
Sementara amalan fardhu itu wajib dilakukan dan mengerjakan amal2 baik itu tidak pernah ada hentinya (Fastabiqul khairat = berlomba-lomba mengerjakan kebaikan), nah bagaimana agar keikhlasan tetap dapat dijaga. Salah bila kita menunda atau batal beramal baik karena perasaan ragu sebab banyak orang yg memperhatikan, tenggang rasa dengan umat agama lain, takut dibilang sombong, mengganggu acara/agenda rapat/pemandangan dll. Jangan sampai kita meninggalkan perbuatan baik, yg artinya mencari murka Allah demi menanti ridha manusia. Jika ini terjadi, maka ini pun termasuk pasal riya.
Salahsatu cara yg saya amalkan untuk menghindari perasaan riya (atau takut terjerumus pada tidak ikhlas) adalah dengan membiasakan diri berbuat baik (KONSISTEN). Jangan menunggu berbuat baik, beribadah kualitas prima, berinfaq lebih, atau mengerjakan ibadah nawafil (sunnah) hanya pada momen-momen tertentu (tempat khusus, waktu khusus, acara khusus).
Setelah membiasakan diri di suatu level, sudah nyaman di sana, coba TINGKATKAN kualitas dan/atau kuantitas nya. Peningkatan ini dilaksanakan secara bertahap dan --lebih utama-- bukan pada momen-momen khusus tadi. Inilah yg namanya pembiasaan diri mengerjakan kebaikan prima dan semata krn Allah SWT. Mudah2n kemungkinan timbulnya perasaan riya atau takut tidak ikhlas akan lenyap karena memang sudah jadi kebiasaan. Awalnya berat, hati belum tenang, namun lama2 terbiasa.
Misalnya:
(1) Saat jadi imam atau shalat sendiri biasakan melafalkan bacaan shalat dengan tartil.
(2) Biasakan membaca surat yg agak panjang saat jadi imam di rumah atau jadi imam di mesjid.
(3) Biasakan berzikir/doa seusai shalat, rutin baca al Quran, shalat sunat rawatib.
(4) Berinfaq Rp. 10000 tiap shalat di mesjid, bukan hanya shalat idul fitri/idul adha saja.
(5) Ikut kerja2 amal, sosial tanpa pamrih spt mencari popularitas, uang dll.
Perangkap Kebiasaan
Satu hal yg perlu diberi perhatian di saat amalan sudah menjadi kebiasaan adalah JANGAN PERNAH LUPA pasang niat lillaahi ta'ala. Jangan2 krn sudah "biasa", semua jadi otomatis, taken for granted, dan tak ingat bahwa utk menggapai poin-poin kebaikan dan terutama ridha Allah, kuncinya adalah niat di awal kegiatan. Melakukannya pun tetap perlu serius sesuai tuntunan syar'i. Jangan sampai amalan baik yg dilakukan tidak bernilai ibadah dan nihil dari poin-poin kebaikan yg sedang kita cari.
Allah dan Rasulullah SAW tahu kesulitan umat nya dalam menjaga hati dalam urusan niat dan keikhlasan ini. Malah banyak yg sudah terlebih dahulu salah melangkah karena belum ada ilmu. Intinya adalah memohon perlindungan Allah untuk menjaga agar niat dan keikhlasan kita terlindung dari noda2 syirik baik kecil/besar dan disadari/tidak.
Diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dan At Thabrani dari shahabat Abu Musa Al Asy'ari bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia takutlah akan As Syirik ini, sesungguhnya ia lebih tersamar dari pada semut. Maka berkata padanya: "Bagaimana kami merasa takut dengannya sementara ia lebih tersamar daripada semut? Maka berkata Rasulullah SAW mengajarkan:" Ucapkanlah: "Ya, Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui. Dan kami memohon ampunan kepada-Mu dari dosa (syirik) yang kami tidak mengetahuinya."
Notes:
(1) Hadits 40 (Arba'in) dari Imam Nawawi
Feb 6, 2011
Sampaikan dengan Jelas
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah SAW bahwa beliau akan berbicara dengan jelas dan rinci di depan majelis yg dihadiri para sahabatnya. Jika ada sebuah kata atau kalimat yg tak dipahami maka beliau akan mengulangi atau membahasnya sampai para pendengar jelas.
Kadang ia meminta para sahabat untuk mengulangi pesan yg telah disampaikan atau sengaja memancing pertanyaan yg berhubungan dengan pesan tadi untuk menguji ketelitian para sahabat dalam menerima pesan baru tsb.
A'isyah al-Shiddiq ra mengatakan "Rasulullah SAW tidak pernah menyingkatkan (summarised) pesan yg beliau sampaikan ... dan cara beliau menyampaikan pesan begitu jelas, sehingga bila ada seseorang ingin menghitung kata-demi-kata maka jumlah kata tsb dapat dihitung dengan cermat". A'isyah ra juga mengatakan "jika ia tidak jelas mendengar sesuatu yg telah diucapkan Rasulullah, maka ia akan meminta beliau mengulanginya lagi, sampai ia mengerti pesan tsb".
Anas ibn Malik meriwayatkan "Jika Rasulullah SAW menyampaikan salam kepada siapa saja maka ia sering mengulanginya sampai 3x dan jika ia menyampaikan sebuah kata maka ia juga akan mengulanginya 3x sampai kata tsb dimengerti".
Rasulullah SAW menjelaskan sesuatu dengan teliti/detail (expatiate) kata2 dan artinya namun beliau tidak pernah menyampaikan suatu pesan yg tidak berguna. Saat beliau berkata maka ia menggunakan seluruh mulutnya dan bukan hanya gerakan bibir saja. Beliau mengatur irama ucapannya sehingga membangkitkan semangat orang untuk mendengarnya. Tidak jarang beliau mencoba memberikan ilustrasi praktis terhadap pesan tsb agar mudah dimengerti.
Sahabat Abdullah ibn Mas'ud ra mengatakan "Jika ada seseorang di antara kami diajari sepuluh ayat dari al-Quran maka ia tidak akan berpindah ke ayat selanjutnya sampai ia benar2 mengerti makna ayat tsb dan dapat mengamalkan apa yg terkandung dlm ayat tsb." Para sahabat bersungguh-sungguh hadir dalam majelis dan belajar langsung dari beliau. Umar ibn Khattab ra mengatakan "Saya dan tetangga saya dari keluarga Bani Umayyah ibn Zaid kadang bergantian hadir dalam majelis ilmu Rasulullah SAW. Ia (tetangganya) akan hadir hari ini dan saya akan hadir besok. Lalu kami saling bertukar info dan memberitahu apabila ada ayat2 Allah yg baru diterima.
Kadang ia meminta para sahabat untuk mengulangi pesan yg telah disampaikan atau sengaja memancing pertanyaan yg berhubungan dengan pesan tadi untuk menguji ketelitian para sahabat dalam menerima pesan baru tsb.
A'isyah al-Shiddiq ra mengatakan "Rasulullah SAW tidak pernah menyingkatkan (summarised) pesan yg beliau sampaikan ... dan cara beliau menyampaikan pesan begitu jelas, sehingga bila ada seseorang ingin menghitung kata-demi-kata maka jumlah kata tsb dapat dihitung dengan cermat". A'isyah ra juga mengatakan "jika ia tidak jelas mendengar sesuatu yg telah diucapkan Rasulullah, maka ia akan meminta beliau mengulanginya lagi, sampai ia mengerti pesan tsb".
Anas ibn Malik meriwayatkan "Jika Rasulullah SAW menyampaikan salam kepada siapa saja maka ia sering mengulanginya sampai 3x dan jika ia menyampaikan sebuah kata maka ia juga akan mengulanginya 3x sampai kata tsb dimengerti".
Rasulullah SAW menjelaskan sesuatu dengan teliti/detail (expatiate) kata2 dan artinya namun beliau tidak pernah menyampaikan suatu pesan yg tidak berguna. Saat beliau berkata maka ia menggunakan seluruh mulutnya dan bukan hanya gerakan bibir saja. Beliau mengatur irama ucapannya sehingga membangkitkan semangat orang untuk mendengarnya. Tidak jarang beliau mencoba memberikan ilustrasi praktis terhadap pesan tsb agar mudah dimengerti.
Sahabat Abdullah ibn Mas'ud ra mengatakan "Jika ada seseorang di antara kami diajari sepuluh ayat dari al-Quran maka ia tidak akan berpindah ke ayat selanjutnya sampai ia benar2 mengerti makna ayat tsb dan dapat mengamalkan apa yg terkandung dlm ayat tsb." Para sahabat bersungguh-sungguh hadir dalam majelis dan belajar langsung dari beliau. Umar ibn Khattab ra mengatakan "Saya dan tetangga saya dari keluarga Bani Umayyah ibn Zaid kadang bergantian hadir dalam majelis ilmu Rasulullah SAW. Ia (tetangganya) akan hadir hari ini dan saya akan hadir besok. Lalu kami saling bertukar info dan memberitahu apabila ada ayat2 Allah yg baru diterima.
A Textbook of Hadith Studies, Mohd Hashim Kamali, p 11-12
Pertanyaan SI XI pada Gus Mus
Akhlak Rasulullah SAW itu Al-Qur'an : Tulisan 4 dari 4
Bagian akhir sebelum sesi tanya jawab, Gus Mus memberi dua kesimpulan dari ceramahnya:
- Kita umat muslim wajib bersyukur karena telah dipilih Allah sbg umat Rasulullah SAW.
- Mudah menjadi seorang muslim yang baik, akan sangat mudah menjalankan ibadah, asalkan kita tetap mau menjadi manusia.
(Tulisan ini lebih menumpukan pada jawaban)
- Sungguh agama itu mudah, tapi akan menjadi sangat berat jika diperberat.
“Sungguh islam itu mudah, tiadalah yang memaksakan dirinya maka ia akan kalah ... " (HR Bukhari)
"... Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (Al-Baqarah : 185). - Mimpi bertemu Rasulullah itu benar.
Cukup banyak hadits yang meriwayatkan hal ini a.l:
Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.” (HR, Tirimidzi, dia berkata ini adalah hadits hasan shahih) - Berdiskusi di alam maya
Cukup sulit dan cenderung menyerang/bertahan dengan prinsip masing2. Salahsatunya disebabkan karena kosa kata dalam Bahasa Indonesia kurang lengkap dalam menyajikan informasi dalam bahasa Arab. Ini diungkapkan sebagai krisis silaturahim. Peganglah prinsip husnudzan dalam berdiskusi. - Anak perlu tahu bahasa orang tua. Bentak orang tua kepada anak adalah tanda sayang. Bentak anak pada orang tua adalah kurang ajar.
- Menjalani syariah agama di negeri muslim minoritas
Semakin kita menghargai agama kita, maka semakin warga non-muslim menghormati kita. Percaya diri saja, tak usah minder, tapi juga tak berlebihan. - Shalawat 1x pada Rasulullah SAW.
Allah akan memberi shalawat Nya 10x pada kita (memberi rahmat). Malaikat ikut bershalawat 10x (memintakan ampunan). Dahsyatnya tak perlu diceritakan takut nanti bershalawat didasari keajaiban2 itu. Sesungguhnya kedahsyatan yg kasat mata manusia itu amat kecil, jauh tak berarti, jika dibandingkan rahmat Allah yg turun kepada pembaca shalawat. - Menunaikan hak
Dari Anas bin Malik: "Tiga orang mendatangi kediaman istri Rasulullah SAW. Mereka ingin menanyakan tentang ibadah beliau. Setelah diberitahu, mereka merasa ibadah yg mereka kerjakan terlalu sedikit dibandingkan ibadah yg Rasulullah lakukan. Mereka mengatakan, "Di mana posisi kita dibandingkan Rasulullah SAW, padahal beliau telah diampuni dosa2 nya yang telah lalu maupun yang akan datang?". Salah seorang di antara mereka mengatakan, "Aku bertekad akan melakukan shalat selamanya". Seorang yang lain menyahut, "Aku akan berpuasa selamanya tanpa berbuka". Seorang lainnya menyambung, "Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya".
Lalu Rasulullah SAW mendatangi mereka, "Apakah kalian yang mengatakan demikian dan demikian? Adapun aku, demi Allah, aku adalah manusia yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa. Akan tetapi aku sholat dan tidur, berpuasa dan berbuka. Aku menikahi wanita. Barangsiapa membenci sunnahku maka dia bukan termasuk di antara ummatku" (HR. Bukhari). - Apakah Liberal itu ?
Samakan makna, di dalam bahasa Indonesia liberal artinya bebas/merdeka. Artinya hanya tunduk pada Allah SWT saja dan tidak tunduk/takut kepada selain Allah SWT. Selama para penganut paham ini tidak pernah berhenti belajar, mau untuk terus mengkaji ilmu agama maka tidak perlu khawatir. Yang menjadi masalah adalah apabila kita berhenti belajar karena sudah merasa pandai.
Zikir dan fikir itu harus seimbang. Kita tidak boleh meremehkan akal yang diberikan Allah untuk membedakan yg haq dan yg bathil. Tidak ada batasan dalam mengeksplorasi ayat-ayat Allah yg terkembang di alam ini. - Kiat beragama di muara yang kotor
Jika kita sudah tahu suatu ajaran yg memang berasal dari Rasulullah SAW maka boleh langsung lakukan. Sementara jika tidak memiliki ilmunya, kita harus menanyakan pada yang tahu. Rasulullah SAW tidak memerintahkan sesuatu yg berada di luar kekuatan/ kemampuan manusia, karena beliau amat tahu tiap orang kemampuannya berbeda2. Allah SWT Maha Tahu kondisi makhluk Nya, sehingga Dia [Asy-Syakur] menerima ibadah manusia sesuai kemampuan masing2. Dialah Dzat yang membalas amalan yang sedikit dengan derajat yang tinggi. Dia memberikan ganjaran terhadap amal yang dilakukan seorang hamba, selama hidupnya yang singkat di dunia ini, dengan kenikmatan akhirat yang tak terbatas
Kalimat yg berdasar dari al-Quran atau Hadits saya lengkapkan dari situs2 Islam di internet. Foto2 tentunya dari sahabat IMAS. Sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah SWT, kesalahan/kehilafan hanya datang dari saya. Mari kita sama2 beristighfar kepada Allah SWT.
Bacaan tambahan:
(1) Situs resmi Gus Mus
Feb 5, 2011
Al-Quran Menyinggung Saya
Akhlak Rasulullah SAW itu Al-Qur'an : Tulisan 3 dari 4
Akhir-akhir ini saya enggan membaca al-Quran, mengapa ya ?
Sepertinya kalimat2 dalam al Quran itu menyinggung saya.
Mengapa tingkah laku kaum kafir itu sering sama dengan kelakuan saya.
Mengapa banyak sifat kaum munafik yang ada pada saya
Sementara banyak kemuliaan sikap kaum mukmin yg tidak ada pada diri saya.
Sungguh sebuah peringatan halus yg amat mengena bagi orang-orang yg selalu ingin menjaga sifat, sikap, dan tingkah lakunya agar tidak sampai terjerumus pada sesuatu yang dimurkai Allah SWT.
Di dalam al Quran dalam surat at-Taubah ayat 71 diterangkan sifat kaum beriman:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. ..."
Beberapa ayat sebelumnya, yaitu di ayat 67:
"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. ..."
Perhatikan bagaimana Allah merekamkan sifat golongan mukmin dan munafiq utu dengan sangat jeli/teliti. Kata "awliyaa" yg merupakan jama' dari kata "waliy" (sahabat sejati penolong/pembela/kekasih) dipasangkan dgn orang2 mukmin sementara kata tsb tidak terdapat pada ayat tentang orang2 munafiq.
Bagi orang munafiq TIDAK ADA sahabat sejati, sifat mereka semua sama saja (setali tiga uang), semua diukur berdasarkan kepentingan. Di saat kepentingan sebagian orang munafiq yg satu dgn sebagian yg lain adalah sama maka mereka berkawan, sementara bila berbeda kepentingan mereka adalah bermusuhan. Bagi orang2 beriman mereka semua adalah bolo' (bhs Jawa = saudara/sahabat) yg memiliki kepentingan tunggal yaitu mendapatkan ridha Allah. Lalu timbul pertanyaan, mengapa masih sering terjadi umat Islam berseteru sesama mereka ? Jawabnya adalah mungkin mereka tidak membaca ayat-ayat ini atau sudah membaca namun belum mengerti/mengamalkannya.
Gus Mus memberi definisi ringkas tentang orang Islam dan non-Islam. Golongan non-Islam terbagi menjadi dua yaitu kafir biasa (jelas2 tidak percaya Allah bisa jadi penyembah berhala, atheis, dll) dan kafir musyrik (percaya Allah sebagai Tuhan yang Menciptakan namun juga masih percaya kuat dengan thagut-thagut selain Allah). Golongan Islam terdiri dari orang2 mukmin dan orang2 munafiq.
Setelah Rasulullah SAW tiada
Di zaman beliau masih hidup, banyak sahabat berkunjung (sowan) ke kediaman beliau. Biasanya cukup dengan memandang wajah beliau yg bersih dan tenang itu, sudah lupa para tamu tsb dgn masalah yg mereka hendak kemukakan. Pikiran sumpek, kesal, pusing langsung hilang seketika saat bertemu :-)
Namun apa yg dapat kita lakukan kini setelah beliau tiada ?
- Dengan memperbanyak salawat, di kala tiada yg dikerjakan lidah.
- Mengkaji ulang buku panduan (al-Quran) dan hadits.
- Mengikuti sahabat r.a (Companions) siapa saja yang masih dapat ditemui), para tabi'in (Followers), para tabi' tabi'in (Successors).
”Sesungguhnya barangsiapa yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sesudahku. Pegang teguhlah sunnah tersebut dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian, berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru, karena sesungguhnya setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Para sahabat adalah orang-orang yang lebih mengetahui seluk-beluk Al-Qur’an karena mereka hidup pada zaman diturunkannya Al-Qur’an dan mendapatkannya langsung dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, penafsiran dan pemahaman para sahabat paling benar dan selamat. Mereka juga paling mengetahui keadaan Rasulullah SAW, perbuatan, dan ucapan beliau sehingga merekalah orang yang paling paham tentang As-Sunnah.
Di samping itu, Rasulullah SAW menyebutkan tiga generasi yang beliau persaksikan kebaikannya melalui sabdanya, yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku , kemudian yang mengikuti mereka , kemudian yang mengikuti mereka .” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Mempelajari ilmu dari 'alim 'ulama.
"Ulama adalah pewaris para nabi" (HR at- Tirmidzi)
Gerakan shalawat dan istighfar
Dalam surat al Anfal ayat 33, Allah berfirman: "Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampuna ...."
Hikmah yang dapat diambil adalah hidupkanlah salawat di mana saja dan kapan saja kita berada. Ini salah satu refleksi cinta pada Rasulullah SAW, menghidupkan keyakinan bahwa kita adalah umat yang cinta dan mengikuti sunnah dari beliau meskipun sudah tak ada di tengah kita. Salawat adalah salah satu amalan yg boleh ditunjukkan / tak perlu disembunyikan ujar Gus Mus. Perbanyaklah istighfar untuk memohon ampun atas dosa/kesalahan baik yg tidak atau disengaja dan menghindarkan malapetaka sebagaimana ayat ini menyebutkan.
Allahumma shalli 'alaa Muhammad
[sebelumnya] [bersambung]
Feb 4, 2011
Contoh dan Buku Panduan
Akhlak Rasulullah SAW itu Al-Qur'an : Tulisan 2 dari 4
Dari Aisyah ra. berkata: perilaku kanjeng nabi SAW adalah al-Quran. Rasulullah SAW adalah al-Quran berjalan. Sosok beliau beserta tingkah laku, petuah, perintah, larangan, termasuk diamnya merupakan refleksi firman al-Quran. Oleh karenanya mudah bagi para sahabat dalam mempelajari Islam di masa Rasulullah SAW hidup, tinggal lihat saja kan :-)
- Shalat mengikuti cara nabi.
"Shalatlah, sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR Bukhari). - Haji mengikuti cara nabi.
- Menghormati orang tua
Dicontohkan pada saat hari penaklukan kota Mekkah, ayah dari Abu Bakar ra (Abu Quhafah) yg sudah tua dan buta ingin masuk Islam. Ia dituntun oleh Abu Bakar bersama adik perempuannya yg bernama Quraybah menemui Nabi SAW untuk bersyahadat. Nabi SAW bersabda, “Hai Abu Bakar, kenapa engkau tidak membiarkan orang yang sudah tua itu di rumahnya? Biarlah kita yang datang kepadanya.” Abu Bakar ra berkata, “Engkau lebih berhak untuk didatangi, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah menjemput tangan orang tua itu dan mendudukannya di atas hamparan kain utk alas duduknya. Bayangkan betapa mulia sikap seorang pemimpin umat ini kepada orang tua. - Menyayangi yang lebih muda
Rasulullah SAW bangga akan sahabat2 nya yang muda dan memberi kepercayaan penuh bagi mereka dalam mengemban amanah dakwah mis. Mus'ab b Umair, Abdullah b Abbas, Ali dan Jaafar b Abu Thalib, Zaid b Tsabit, Usamah b Zaid dll. - Menghormati tamu.
Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR Bukhari dan Muslim). - Menghormati tetangga baik muslim dan non-muslim.
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menghormati tetangganya" (HR Bukhari dan Muslim). Di lain waktu Rasulullah SAW mencontohkan kesantunan beliau dalam bertetangga dengan orang Yahudi. - Memuliakan dan membahagakan istri
Aisyah r.a pernah ditanya apakah yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam rumah?. Aisyah menjawab: "Beliau SAW adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Kisah dari Aisyah ra mengenai "lomba" lari yang ia lakukan bersama Rasulullah SAW di saat ia menang semasa masih gadis ramping dan dikalahkan saat ia sudah agak gemuk (HR Ahmad)
Umat Islam tahu bahwa al-Quran adalah satu-satunya buku pedoman yang mutlak benar bagi manusia. Namun sudah berapa faham kita akan isinya dan sudah mengamalkannya dengan benar ?
Pernahkah departemen agama atau MUI melakukan survey pada umat muslim di Indonesia:
- Berapa banyak muslimin Indonesia yang membaca al-Quran ?
- Dari sekian yang membaca berapa orang yg mengerti artinya ?
- Berapa yang mengamalkan apa yg sudah dimengerti tsb ?
Banyak orang di Indonesia ramai membeli TV atau motor. Mereka mampu menghidupkan TV, gonta ganti saluran, mengeraskan suara dll. Mereka mampu menstarter motor, mengendarai, dll. Dan para pengguna itu SAMA SEKALI BELUM PERNAH membaca buku panduan (manual) nya. Bagaimana mereka mampu ?
Karena mereka melihat contoh dari orang lain atau diajari. Sementara bagi kita saat ini, tidak ada contoh dan tidak membaca buku panduan. Bagaimana mau selamat ?
Allahumma shalli 'alaa Muhammad
[sebelumnya] [bersambung]
Memanusiakan Manusia
Akhlak Rasulullah SAW itu Al-Qur'an : Tulisan 1 dari 4
Hujan dan gemuruh angin di Minggu 31 Januari itu tidak menyurutkan semangat jamaah yang hadir di Masjid Istiqamah KBRI pagi itu untuk mendengar siraman hikmah yang dibawakan Gus Mus (KH Mustofa Bisri) jauh-jauh dari Jawa Tengah Indonesia.
Saya pun agak cemas saat keluar rumah, berjuang menyetop taksi di saat lebatnya hujan. Bakal ramaikah acara pagi ini ? Sempat berdoa dalam hati agar jamaah yg sudah berniat datang diberi kemudahan utk hadir di SI perdana 2011 ini. Alhamdulillah jamaah terus bertambah ramai sejak Gus Mus mulai ceramahnya 10:20 waktu Singapura.
Seusai salam pembuka, Gus Mus berujar "Minggu pagi yg dingin diiringi hujan deras, ramai yang datang untuk mendengar ocehan saya, ini luar biasa. Hanya ridha Allah yang dapat mengganjar upaya saudara-saudari untuk datang pagi ini. Semoga barakah dunia dan akhirat terlimpah bagi kita semua !". Amiin. Meraih ilmu dan meninggalkan kenikmatan dunia lain.
Dalam bagian pertama ceramahnya, Gus Mus mengajak kita bersyukur karena:
(1) Menjadi umat yang terpilih
untuk mengikuti Rasulullah SAW dari sekian Milyar penduduk bumi. Menjadi umat Rasulullah SAW adalah hak prerogatif Allah, tak dapat dipaksa siapapun. Kita yang lahir di Indonesia amat jauh dari kedekatan apapun dgn baginda SAW. Bukan karena nasab (keturunan), kedekatan tempat tinggal, bahasa dll.
- Ada yang "didekatkan" oleh Allah, sebagaimana paman (Abu Thalib), tetangga sebelah rumah beliau, ataupun besannya sendiri (yg juga paman beliau) Abu Lahab mertua dari Rukayyah dan Umm Kultsum TIDAK terpikat untuk menjadi muslim hingga akhir hayat mereka. Malahan mantan besan nabi SAW tsb memaksa kedua anak pria nya (Utbah dan Utaibah) untuk menceraikan kedua putri nabi SAW.
- Padahal tidak seorang pun yang melebihi kefasihan Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah/dakwah yang pasti menarik bagi siapapun yang mendengarkan. Lalu mengapa orang2 yg hidup dekat secara jarak dan waktu dengan beliau tidak semua bersyahadat menjadi muslim ? Intinya bahwa MENGAJAK orang menjadi muslim itu adalah kewajiban kita, sementara apakah dia TERAJAK adalah hak prerogatif Allah SWT. Amatlah lucu bilamana ada seseorang mengaku-ngaku bahwa karena jasanya lah banyak orang yg sudah mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar. Orang semacam ini biasanya akan menjadi sombong apabila banyak orang yg terajak dan marah besar apabila tidak ramai orang yg mau bergabung bersamanya.
(2) Pemimpin agung kita Rasulullah SAW adalah manusia
- Uswah kita adakah manusia, sama seperti kita. Manusia mengikuti manusia itu enak. Secara logika tentu tidak sulit mengikuti ajakannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam al Fushshilat 6 dan al Kahfi 110 : “Katakanlah, sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kamu. ..."
- Rasulullah SAW adalah manusia paling manusia, yang mengerti manusia, dan bercita2 memanusiakan manusia. Rasulullah amat mengetahui kekuatan manusia sehingga selalu melekatkan kata "Kerjakan semampumu" dalam sunnah yang ia anjurkan. Seorang ahli ibadah ahli wirid yang menyuruh muridnya membaca ayat Kursi hingga 15000x sehari adalah orang yang tidak mengerti manusia.
Dicontohkan selama waktu sehat Rasulullah selalu mengimami shalat. Selama itu pula tidak ada yg komplain akan panjangnya waktu shalat, tidak ada yg mengantuk saat beliau berkhutbah, dll. Saat Muadz b Jabal menjadi imam, jamaah nya komplen karena rakaat pertama tamat al-Baqarah dan rakaat kedua tamat al-Imran. Rasulullah SAW sangat menghormati manusia karena Allah memuliakan manusia. "Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan" (al Isra 70).
- Rasulullah mengajarkan kita mengambil sikap pertengahan dalam urusan dunia ini. Jika menyenangi sesuatu tidak berlebihan dan jika membenci sesuatu pun tidak terlalu.
Kesimpulannya ajaran dari Rasulullah SAW itu pasti mudah dilakukan. Apa standard nya ? Tanyakan manusia secara keseluruhan, bukan tanya pada diri sendiri. Kalau kita merasa berat mengikuti sunnah Rasulullah SAW, tanyakan diri sendiri (curiga) apakah kita masih 100% manusia ?
Ada anekdot, perbandingan manusia dan monyet, keduanya diberikan segelas air dan sepotong roti. Tangan kiri memegang gelas air dan di tangan kanan ada roti. Di saat sebuah pisang disodorkan, kira2 apa reaksi manusia, apa reaksi monyet ? Monyet masih akan meraih pisang itu dengan kakinya, sementara manusia tidak akan berlaku spt itu. Ini baru satu sisi yg diperbandingkan tentang sifat serakah. Benarkah kita manusia sejati ?
Allahumma shalli 'alaa Muhammad
Subscribe to:
Posts (Atom)