Dec 21, 2011

Coklat Murah, Halal

Hari-hari mendekati akhir tahun masehi, toko-toko kue dan supermarket berlomba menghadirkan nuansa coklat dihiasi pernak-pernik warna-warni yg sepertinya dapat dimakan namun tak semestinya enak. Coklat hadir sebagai isi atau hiasan kue, peneman aiskrim atau minuman lain, ataupun dijual dalam bungkusan sebagai coklat batangan.

Menarik dari riset sendiri, ternyata dari beratus jenis coklat yg dijajakan di toko/supermarket/airport ternyata yg murah itu banyak yg HALAL. Murah bukan berarti mereknya tak dikenal dan juga bukan berarti rasa tak enak. Setidaknya menurut selera saya orang Indonesia yg sudah hobi mengunyah coklat 30 tahunan lebih :-)  Di Indonesia tentu saya kenal merek SilverQueen, VanHouten, dan Ceres, sementara di sini kenal juga Cadbury, Hershey, Kitkat, Delfi, dll yg sudah pegang logo halal. Bbrp tahun ini masuk juga produksi Malaysia yg dikemas premium dengan kualitas baik dan halal pula.

Saat tinggal di Jerman dulu, sukar mencari logo halal pada bungkus coklat. Langkah umum yg dilakukan para pemakan coklat yg berhati hati adalah dgn mencek komposisi bahan (ingredient)/zutaten) -- apa dibuat dgn soya lecithin, tidak ada kandungan wine, emulsifier (E-xxx) nya masuk daftar aman, dll -- dan juga dapat dicek di internet atau telp langsung produsen coklat di hotline mereka. Menarik saat berpusing-pusing di tanah suci, coklat di sana tetap dijual meski banyak merek tanpa logo halal. Namun saat itu kami ber husnudzan saja bahwa semua produk yg dijual di sana halal. Lagian ke tanah suci memang bukan utk makan coklat :-) Di negeri yg mayoritas konsumennya adalah vegetarian, coklat-coklat yg "aman" adalah yg bertanda lingkaran hijau alias cocok utk orang vegetarian, meski hati-hati juga krn alkohol itu pun lulus lingkaran hijau.

Kembali ke ide awal tulisan, apakah yg murah itu tak enak ? Hmm ... sulit juga jawabnya, jujur saya pernah makan coklat-coklat yg katanya mahal beberapa kali (tentunya setelah memastikan bahan pembuat nya aman) koq  tak ada beda rasanya. Alhamdulillaah, selama lidah saya tak mampu membedakan berarti tak perlu berkecil hati, krn memang semuanya tergantung persepsi individu dan bukan gengsi.
Huh ... hari gini makan coklat demi gengsi dan gaya hidup, Please deh ...
Coklat oleh-oleh yg mampir di meja saya kini lebih sering dihibahkan ke teman-teman seruangan. Rezeki mereka lah ... Memang gratis, namun saya punya simpanan yg halal di laci meja :-) Ada bbrp jenis coklat dari Swiss justru lebih cepat lumer di luar kulkas (temperature shock dibawa ke negeri tropis). Nah jika sebagai orang dewasa (atau orang tua) kita bisa melakukannya, ajarkan pula hal tsb pada anak-anak alias generasi muda. Jangan karena oleh-oleh dari luar negeri atau gratis diberi teman, mereka dengan gembira melahap coklat yg belum tentu halal tsb. Minimal ajari mereka cara memeriksa kandungan isinya.

*****

Menjelang libur nasional yg dialami mayoritas negara di dunia sebentar lagi, ada pertanyaan, bolehkah seorang muslim mengucapkan salam bagi nabinya, Nabi Isa a.s, dengan ucapan yg beliau sendiri haturkan (difirmankan Allah SWT dalam Qs. Maryam 33): "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (Peace on me the day I was born, and the day I die, and the day I shall be raised alive). Menurut saya jelas boleh. Salam selamat atau doa ini boleh diucapkan kapanpun. Hanya saja dalam praktek selama ini tidak ada orang yg tulus datang bersalaman hanya untuk mendengarkan doa panjang begini. EGP pikirnya, "tahupun tidak aku arti MC itu" ! :-)


No comments:

Post a Comment