Dec 28, 2011

Semesta untuk Manusia


Setelah mengulang kaji mengagumi alam semesta, saya bertanya pada akal sendiri, apa tujuan Allah SWT menciptakan alam semesta yg maha luas "tanpa" batas ini semata untuk menunjang kehidupan bernama manusia sejak pertama kali nabi Adam as diciptakan ?

Mengapa harus begitu luas, tak bertepi tak berujung, dan maha dahsyat penciptaan nya hingga detik ini ? Tak cukupkah bumi dan atmosfer nya, kurang luas kah tatasurya untuk didiami seluruh bani Adam sejak diciptakan hingga hari akhir kelak ? Mengapa diciptakan milyaran galaksi sementara bumi yg dapat ditempati manusia itu hanyalah laksana debu berukuran  infinitesimal micro yg menari-nari bersama milyaran bintang dan triliunan planet lain tanpa tampak jelas di salahsatu "lengan spiral" galaksi bimasakti yg berdiameter 100-120 ribu tahun cahaya ?
Di permukaan Bumi, semua ciptaan Nya adalah fana. Ada yg mati, ada yg hidup, silih berganti. Akhir Oktober lalu dunia mengumumkan kelahiran bayi yang melengkapi tujuh milyar penduduk bumi. Di tahun 1999 baru ada 6 milyar, lalu 2011 menjadi 7 milyar, sebuah pertambahan 1.2%/tahun yg tak terlalu hebat semestinya. Sensus yg dilakukan agak kasar sebenarnya mengingat tak ada pencatatan yg pasti sejak dua manusia awal tiba di Bumi. Sensus mengasumsikan jumlah penduduk yg pernah tinggal di Eropa hingga abad ke 13 itu total hanya 100 jutaan saja. Banyak penyebab seperti bencana alam, wabah penyakit epidemik, perang telah melenyapkan nyawa jutaan manusia silih berganti. Namun tetap saja angka 7 milyar kurang lebih sedikit tak berubah signifikan. Bumi dengan luas daratan sekitar 148 juta km2 (jari-jari bumi R=6371 km) sudah terbentuk 4.5 milyar tahun lalu (baca di: wiki) dan wilayah yg dapat didiami manusia hanyalah kurang dari setengahnya tepatnya 42.8% saja. Sisanya berupa gunung, padang pasir, dataran es, atau wilayah yg tak bisa ditempati karena suhu, kelembaban, atau faktor resiko lainnya yg ekstrem.

Andaikan ketujuh milyar manusia itu hidup bersama hingga hari ini di wilayah yg tak lebih besar dari 70 juta km2  tsb,  maka kerapatan penduduk barulah 100 orang per kilometer persegi. Ini sungguh pemukiman yg amat sangat sepi jika dibandingkan Singapura yg memiliki 7000 orang/km2 atau Jakarta 14000/km2 lebih he..he..Sebagai perbandingan, jika manusia-manusia diatur berdiri seumpama matriks, dimana masing-masing orang berjarak 10 meter satu sama lain (kiri-kanan, depan belakang), maka wilayah tsb dikatakan memiliki kerapatan (1000/10+1)x(1000/10+1) = 10201 orang per kilometer persegi.

Sampai hari ini hanya Bumi yg diketahui sebagai planet kediaman manusia. Begitu banyak alasan sains yg mendukung kenyataan ini, beberapa diantaranya saya simpulkan dari buku saku Prof. Rahman "Universe and Man":
  1. Planet harus memiliki kelimpahan unsur-unsur mentah yg diperlukan kehidupan seperti C, H, O, N. Keempat unsur utama ini akan bergabung membentuk molekul-molekul kompleks yang menjadi bahan baku jaringan tubuh, darah, tulang, dll.
  2. Planet harus memiliki kelimpahan air yg diperlukan sebagai bahan dasar makanan mahluk hidup, mengatur suhu tubuh, dan mengendalikan pengeluaran sisa/sampah hasil metabolisma dari tubuh mahluk.
  3. Planet yg memiliki lapisan pelindung sekelas atmosfir yg memiliki multi fungsi: pengendali tekanan udara yg sesuai untuk permukaan Bumi -- sehingga dihasilkan komposisi udara yg diperlukan utk pernafasan, sirkulasi angin, dan pengaturan kelembaban yg menghasilkan hujan/pergantian musim -- pengaturan suhu permukaan Bumi sehingga cocok untuk berbagai jenis mahluk, dan lapisan pelindung dari radiasi berbahaya dan benturan fisik dgn benda/sampah langit lain.
  4. Selain itu Bumi diciptakan pada jarak yg optimum dari matahari sehingga tak mengalami kekeringan dan kebekuan massif, memiliki massa yg tepat sehingga dihasilkan gaya gravitasi yg seimbang utk kehidupan dan "menahan" atmosfir di permukannya, memiliki struktur yg kokoh dan relatif stabil utk rentang waktu yg sangat lama (bukan es yg dapat mencair, kawah magma panas, gas) dll.

******

Inilah konsep rezeki paling awal. Allah Swt mempersiapan segala sesuatunya sebelum menempatkan wakil Nya (vicegerent) di luar surga. Pengiriman Adam dan Hawa ke dunia bukanlah suatu pengusiran karena sebuah kesilapan kecil melainkan sudah menjadi skenario bagi umat manusia. Tujuan manusia diciptakan memang untuk menjadi 'abdullah dan menjadi pengelola bumi.

Teringat saya dengan video Aa Gym yg mengilustrasikan bahwa rezeki itulah sebenarnya yang lebih sering mendatangi manusia bahkan begitu dekat tanpa manusia sempat berpikir bagaimana ia datang. Diceritakan bahwa piring kita yg berisi nasi, ikan, sayur, (dan garam), dan segelas air atau susu pengiringnya "tiba-tiba" sudah hadir di meja makan tanpa disadari bagaimana semuanya datang. Apa saya yang bersusah payah menanam padi dan menunggunya panen 4 bulan kmdn, ikan yg ditangkap di laut bagaimana asalnya, sayur yg hijau dan cabe merah segar siapa penanamnya, apa saya yg memelihara sapi dan memerah sendiri susunya dll. Saya tak membayangkan kalau seluruh tugas menanam, beternak ikan/sapi, menggali sumur air bersih, dan memerah susu itu harus dilakukan sendiri: ILMU tak ada, LAHAN tak punya, TENAGA tak cukup, dan perlu WAKTU berapa lama ?

Jika diproyeksikan konsep rezeki piring makan ini ke penciptaan alam semesta maka saya memikirkan bahwa keduanya adalah sama. Alam semesta yg mulai terbentuk (menurut pendekatan teori Big Bang) 13.7 milyar tahun yg lalu, tatasurya yang saat ini dikenal ada 9.2 milyar tahun lalu, dan bumi menyusul terbentuk 4.5 milyar tahun lalu. Tentunya semua perlu waktu utk menstabilkan seluruh situasi/kondisi pendukungnya: mencapai suhu/kelembaban yg cocok utk mahluk hidup, terciptanya medium udara yg pas (tekanan, kerapatan, komposisi gas N:O=80:20) sehingga burung dapat terangkat di udara, awan hujan tercipta, dan paru-paru manusia dapat menghirup oksigen dengan mudah, air dgn pH=7 (netral) hingga aman diminum, lapisan pelindung UV sinar matahari (ozon), tarikan gravitasi yg stabil pada g = 9.8ms-2, jarak dgn matahari yg terjaga pada rata-rata 1 AU, rotasi dan revolusi bumi yg periodik, tersedianya unsur-unsur yg diperlukan kehidupan (mulai yg sederhana hingga kompleks, baik yg terjadi sendirinya atau dipaksa), tumbuhnya benih-benih mahluk paling awal berupa tanaman-tanaman perintis, hewan, para penjaga kestabilan seperti gunung-gunung, dan lain-lain hingga daftar ini tak akan putus di media pencari sekelas mbah Gugel sekalipun. Sebuah sistem, yg very amazingly complex, yg tak mungkin terbentuk dalam semalam (meski Allah Swt pasti mampu) dan HARUS dijaga agar tetap berada pada kondisi itu (agar tidak kiamat besar).

Bagi para investor emas, tahukah Anda, bahwa tidak ada lagi emas yg tercipta. Mineral alam ini sama tuanya dengan bumi. Terbentuk dari fusi tak henti dari berbagai unsur yg lebih ringan dan akhirnya meledak memuntahkan "serpihan-serpihan" dari matahari saat ia tercipta, lalu mengendap (membeku) di bumi 4.5 milyar tahun yg lalu.

Mineral nyentrik lainnya spt Titanium/Zirconium pun begitu bahkan ada yg disebut mineral langka (rare earth material) yg belum banyak ditemukan tercipta dgn cara yg mirip-mirip. Kagum dengan penciptaan mineral, Anda tak kalah kagum dengan proses terjadinya gugus asam amino kompleks penyusun sebagian besar keperluan mahluk hidup yg juga tak kalah mengagumkan. Einstein berujar di tahun 1943 bahwa "Tuhan tidaklah bermain dadu dengan dunia ini".  Belajar dari lahir/matinya bintang-bintang besar (supernova), para saintis berteori bahwa unsur-unsur berat di alam ini berasal dari unsur yg paling sederhana yaitu Hidrogen (H) yg melimpah luar biasa banyaknya di alam semesta ini. Dua atom hidrogen berfusi menjadi unsur yg lebih berat yaitu gas Helium (He) sambil melepaskan energi nuklir, lalu atom-atom He berfusi lagi menimbulkan C, O dan melepaskan energi, dari C dan O melahirkan unsur yg lebih berat seperti Mg, Na, Ca, Si, S dan energi, ... terus sampai dihasilkan unsur-unsur berat lain seperti besi (Fe). Akhirnya energi  gravitasi yg digunakan utk "merangkul" unsur-unsur hasil fusi tadi tadi kalah oleh energi yg dilepaskan tiap rantai fusi dan ingin melesat keluar. Gravitasi kalah kuat hingga akhirnya ledakan luar biasa pun terjadilah menghamburkan berbagai unsur-unsur berat dan debu/sampah langit lainnya (much smaller big bang than the earlier big bang that creates universe). Bumi adalah salahsatu hasil ledakan di masa milyaran tahun lampau, turut menampung endapan "sampah" unsur/mineral tercerai  berai dimana-mana, yang digali manusia hingga kini dengan mata bor paling dalam baru menjangkau 12 kilometer dari jari-jari Bumi. Bayangkan, betapa besar usaha yg perlu dikerahkan dan energi yg diperlukan oleh manusia andaikan harus membuat unsur-unsur dasar tadi di muka Bumi. Sedangkan pabrik utk membuat senyawa dari unsur-unsur tsb saja (misalnya HCl, industri petrokimia, dll) sangat kompleks dan mahal, padahal baru skala kecil dibandingkan kebutuhan manusia. Kenyataannya hari ini, Allah Swt telah menyediakannya, dan tinggal manusia mendapatkannya dengan ilmu dan teknologi.

Sungguh tidak ada yg sia-sia Allah Swt ciptakan (Qs al-Imran 191) dan penuh perhitungan alias tidak main-main (Qs al-Anbiyaa 16). Ledakan bintang itu diperlukan, keberadaan benda-benda langit besar maupun kecil yg sangat banyak itu diperlukan, posisi/orbit masing-masing bintang/planet/galaksi itu diperlukan, dst ... yg kesemuanya sangat penting untuk mendukung eksistensi manusia dan mahluk lain yg mengisi bumi ini hingga hari akhir nanti.

Allah lah yang menjadikan bumi bagi kalian tempat menetap dan langit sebagai atap, lalu membentuk kalian, membaguskan rupa kalian serta memberi kalian rizki dari sebagian yang baik-baik yang demikian itu adalah Allah Rabbmu, Maha Agung Allah, Rabb semesta alam”. (Qs Al Mu’min 40:64)



Bacaan tambahan:
(1) Synthesis of the elements in stars
(2) Mengapa kita harus menghargai keduanya 
(3) Bumi


No comments:

Post a Comment