Andaikan si fulan hanya punya 3/4 hari untuk bekerja. Sisanya ia manfaatkan 4 jam untuk tidur/istirahat, 1 jam untuk beribadah, dan 1 jam untuk keperluan lain spt makan, mandi, dan ngobrol misalnya.
Sejarah mencatat umur fulan hanya 60 tahun (196-254H) dan tiga perempat umurnya ia gunakan untuk berburu hadith dengan tekun dan teliti. Tak kurang dari 600 ratus ribu hadits telah dievaluasinya, malah ada yg mengatakan lebih dari itu. Dibaca seksama teks nya (matan), disimak kandungannya (diraya), dan dicermati satu persatu apa ada yg janggal / mencurigakan dari isi, gaya bahasa, jalur penyampaian (sanad/isnad), dan orang-orang yang mengaku telah menerima dan meneruskannya (musnid/rawi). Bertemu satu yg shahih, langsung si fulan mengucap syukur dan menunaikan dua rakaat shalat sunnah, sebelum menuliskan (memasukkan) hadits tsb dalam buku kumpulannya. Lebih dari itu masing2 hadits juga dikelompokkan menurut topik tertentu. Tiap kelompok diberi kata pengantar ringkas dan tiap hadits pun dilengkapi dengan catatan yg dianggap perlu baik tentang riwayat, kandungan, keraguannya, atau pendapat guru2 (syaikh) tentang hadits tsb.
Bayangkan betapa singkatnya waktu 3/4 sehari selama 45 tahun itu !
Tiga perempat hari itu hanya 18 jam, dalam setahun hanya tersedia 365 hari, dan selama hidup si fulan yg didekasikan untuk mengumpulkan ahadits (hadits dalam bentuk jamak) hanya terkumpul 18 x 365 x 45 = 295650 jam. Artinya tiap jam ia harus menelaah sekitar 2-3 hadits lalu menuliskannya kembali di buku kumpulannya. Not a big deal kan, as long as no holiday required, mmmphh... ... apakah jika hadits itu pendek teks nya membuat tugas ini menjadi mudah ? Dari jumlah kata hadits tsb memang pendek, tapi bagaimana dengan asal-usulnya (riwayat) ? Apa terputus (tidak sampai pada Rasulullah SAW), ada perawi yang diragukan namanya, daya ingatnya, akhlaknya atau kejujurannya, atau ada yg aneh krn antara perawi satu dengan yg berikutnya amat mustahil bertemu karena mereka hidup di tempat yg amat berjauhan atau rentang tahun yg berjauhan. Nah jika sudah timbul keraguan semacam ini, si fulan akan sangat berhati-hati, ia akan segera berangkat mengembara entah ke Hijaz, Mesir, Nishapur Merw, atau Iraq untuk menemukan kebenaran/kepastian.
Saya belum pernah mencari tahu darimana dana diperoleh untuk kegiatan "sukarela" ini. Kapan si fulan bekerja menafkahi diri atau keluarganya ? Siapa yg melayaninya sehari2. Apa waktu berburu hadits nya perlu didiskon untuk memberi kesempatan si fulan mencari nafkah ?
Paling kurang beruntung tentunya sudah dikejar jauh-jauh ternyata hadits tsb palsu atau masih untung cukup dikategorikan lemah (Dhaif) atau baik/bagus (Hasan). Artinya hadits tsb tidak dapat masuk kategori shahih (tak diragukan kebenarannya) karena ada "small defect" dalam riwayat (sanad), keraguan2 akan daya ingat si agen pembawa (musnid), perawinya tak pernah bertemu, pernah melakukan kebohongan/kesalahan dll . Jadi hitungan 2-3 hadits per jam itu terlampau optimis. Mungkin ada cukup banyak yg cepat kompilasinya karena sudah dilakukan dari pekerjaan2 beberapa orang (termasuk gurunya) di masa lampau seperti koleksi Shihab al-Zuhri ( -124H), koleksi al-Muwaththa Imam Malik ( - 179H), atau lebih awal lagi catatan2 yg dibuat sahabat Abdullah ibn Amr ibn Ash dan Abu Hurairah (andaikan masih ada). Namun sebagian besar akan diteliti ulang lagi satu persatu, discreening secara ketat utk dapat masuk koleksi si fulan tsb. Pekerjaan yg amat tedious, exhausting, and lots of uncertainty bagi siapa saja, yg mungkin baru dapat menemukan satu hadits yg benar setelah beberapa hari atau minggu.
Berkat rahmat Allah, kabar gembira itu pun akhirnya tiba, pekerjaan selesai. Kompilasi hadits yg amat terkenal dengan nama Shahih Bukhari. Sebuah gudang pengetahuan kelas super berat (mgkn dapat disamakan dengan orde cakram data hard disk sekelas tera byte) yg diakui kebenarannya -- second to al-Quran -- berisikan sunnah Rasulullah SAW (perkataan/qauliyah, perbuatan/fi'liyah, dan diam/taqririyah baginda). Dimulai dari seleksi 600 ribuan ahadits, lalu terpilih 9082 ahadits, dan mengerucut menjadi 2602 ahadits setelah banyak hadits yang sama diwakili dengan satu saja. Koleksinya dibuat dalam 106 buku yg mengandung total 3450 bab. *
Kerja keras, penuh ketekunan dan keikhlasan dari si fulan yang bernama asli Muhammad bin Ismail bin Bukhari , yang lahir di Bukhara (dulunya bagian kerajaan Persia, kini adalah negara Uzbekistan), yg mengabadikan dirinya membangkitkan batang terendam, menggali mutiara yg amat mahal nilainya dari dasar samudra ilmu dan hikmah dari penuntun umat Rasulullah SAW. Belum ada internet dengan fasilitas pencarinya, belum ada pengolah dokumen dengan search, compare, copy-paste, atau mesin cetak yg dapat menyalin ulang beberapa halaman sekaligus. Luar biasa perjuangan, kegigihan, daya ingat, dan tingkat intelektualitas ahli fikir Islam ini sehingga menjadi orang yg menghasilkan karya luar biasa.
Apakah ia manusia luar biasa di zaman nya ?
Ternyata tidak. Beberapa usaha serupa sudah dilakukan sebelumnya tercatat semacam syaikh al- Zuhri dan Imam Malik yg turut memulai hal serupa. Malahan di zaman sahabat sudah berjejer para penghafal hadits yg hanya mengandalkan daya ingat saja (memory retention). Memang di zaman Rasulullah orang itu juga dinilai kemuliannya berdasar kemampuan daya ingat nya. Kemampuan menulis atau membuat catatan justru dianggap kehinaan karena itu artinya otak yg lemah, tak kuat daya ingat. Dalam sejarah Islam terukir nama2 spt Abu Hurairah (hafal 5374 ahadits), Abdullah ibn Umar (2630), Anas ibn Malik (2286), Sayyidina Aisha bt Abu Bakar (2210), Abdullah ibn Abbas (1660), Jabir ibn Abdullah (1540) dan Abu Sa'id al Khudri (1170).
Teman seperjuangan Imam Bukhari (saudara muda dan sekaligus muridnya) dari daerah lain juga merintis usaha yang sama. Dengan upaya yang tak kalah hebohnya, Muslim ibn Hajjaj al Nishaburi (206-261H), juga bertungkus lumus siang malam, mengekstrak 10000 ahadits dari 300 ribuan awalnya. Setelah dikurangi hadits- hadits yang sama, koleksi Shahih Muslim memiliki total 3030 ahadits, dimana 1900 ahadits juga ditemukan di koleksi Shahih Bukhari.
Dunia Islam hari ini telah menobatkan dua mahakarya ini sebagai sumber referensi hadits yg utama (The Cannon . Empat karya lain turut melengkapi khazanah sunnah Rasulullah SAW dan menjadikannya Al-Sihah al-Sittah (The Six Major Hadith Collection). Koleksi ini menjadi panutan utama mayoritas umat Islam Sunni:
. Shahih Bukhari
. Shahih Muslim
. Sunan an-Nasa'i al Shugra
. Sunan Abu Daud
. Sunan ibn Maja
. Jami'/Sunan al-Tirmidzi
Selengkapnya dapat mengikuti sejarah dan koleksi bermodalkan wikipedia dulu.
Nah sekarang bagaimana dengan kita yg hidup 1200 tahun setelah jejak keenam imam mahsyur tadi. Apa kita punya waktu 16 jam atau 6 jam atau cukuplah 1 jam sehari untuk mendedikasikan diri membaca dan menghafalkan satu persatu hadits dalam koleksi mahakarya ini ? Memodifikasi kata orang bijak, menjadi tua itu pasti namun menjadi orang tua berilmu itu pilihan.
*A Textbook of Hadith Studies, Mohammad Hashim Kamali, The Islamic Foundation, UK.
No comments:
Post a Comment