Nov 7, 2011

Diperdaya Akal


Allah Swt menurunkan perintah dan larangan kepada manusia lewat wahyu kepada Rasul/Nabi Nya. Bagi umat Islam, Rasulullah Muhammad Saw memberi penjelasan perintah dan larangan tsb melalui kata, perbuatan, atau diamnya. Para sahabat mendengar, menghafal, dan mencatat. Hafalan dan catatan yg terus dijaga tsb diteruskan ke lebih banyak orang, hingga dibukukan menjadi al-Quran dan kumpulan Hadits yg utuh hingga hari ini.

Kaidah utama seorang muslim adalah mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan. Mengapa hingga hari ini ada muslim yg tidak mengerjakan perintah dan masih mengerjakan apa yg dilarang ? Saya menyimpulkan ada lima alasan, dimulai dari yg paling perlu dihindari berikut ini. Pembagian ini mungkin saja beririsan antara poin satu dgn yg lain.

  1. Sikap sombong sebagaimana kesombongan Iblis saat menolak bersujud di hadapan Adam as. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa hakikat sombong adalah mengingkari/menolak kebenaran dan merendahkan manusia (HR Muslim). Hal ini menjadi trade mark bagi mereka yg mengatakan bahwa kebenaran dalam al-Quran itu adalah relatif, produk Arab dan tak universal sehingga perlu diadaptasi dengan zaman, budaya, iptek, kehidupan global. Contoh sebagian adakah mereka yg mengaku muslim namun menjadi pemuja faham liberalisme, pluralisme, mengakui nabi palsu dll. 
  2. Membuat tafsiran sendiri dari perintah atau larangan yg tertulis dlm al-Quran/Hadits. Bahkan ada yg hanya berpandukan al-Quran dan menafikan sumber-sumber hukum syariah selainnya (Hadits, Pendapat Sahabat/Tabi'in, Ulama, dll). Semua golongan di sini berkumpul dalam mazhab aliran sesat: khawarij, mu'tazillah, ingkar sunnah, ahmadiyah, baha'iyah dll.
  3. Fanatisme dan berlebih-lebihan dalam suatu hal hingga kehilangan esensi syar'i dari yg dilakukan seperti mengikuti tradisi apa yg sudah dibuat orang tua/kelompoknya. Menghinggapi ritual agama yg rentan berseberangan dengan aqidah yg benar.
  4. Ketidakmautahuan (ignorance), menganggap ilmu yg diperoleh di sekolah dasar sudah cukup utk menjalani kehidupan sebagai muslim sementara dimensi tantangan kehidupan terus mengikuti zaman (remaja, dewasa, orang tua) dan tempat (merantau ke negeri lain). Saat seseorang merantau ke negeri lain yg minoritas muslim, menjelaskan perbedaan aqidah saat perayaan agama lain, dll. Tindakan hati-hati dlm menghadapi hal2 yg makruh/mubah dan berniat utk bertanya/cari info sebelum "tercebur" kepada situasi baru mudah-mudahan dirahmati Allah Swt sebagai upaya kita dlm menjaga benteng keimanan.
  5. Ketidaktahuan, ini dialami oleh orang-orang yang sulit mendapatkan informasi mgkn karena faktor lokasi, tak menerima informasi dari tempat lain, belum mampu baca tulis, atau belum mampu mencari sendiri spt anak-anak.

Banyak hal yg merupakan perintah atau larangan Allah pada hakikatnya adalah ujian (testing) pada umat Nya. Apakah ia akan taat atau membantah. Apakah ia membuat penafsiran tersendiri berdasar akal yg dipengaruhi hawa nafsunya, tipu daya manusia lain/setan, atau saya dengar saya buat (sami'na, waatha'na). Lakukan dulu, analisis, tanya jawab belakangan (accept unconditionally, without any conditions/reserves). Inilah cetak nyata hasil keimanan yg amat saya kagumi pada para sahabat Rasulullah SAW.

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum [mengadili] di antara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (an Nur 51)

Kisah pertama tentang larangan terjadi pada nabi Adam as masih di surga. Dilarang mendekati sejenis pohon. Apakah itu sebuah pohon istimewa seperti ucapan tipu sang syetan utk membuat Adam as "naik derajat" seperti malaikat dan kekal di surga ataukah hanya pohon biasa ? Bisa jadi itu hanyalah pohon biasa yg banyak terdapat di kebun surga. Allah memberi ujian pertama manusia pertama, nabi Adam as.

Mengapa umat Islam haram makan babi. Ini lagi contoh klasik yg tak pernah selesai didebatkan di forum-forum mulai warung kopi hingga seminar kesehatan modern. Jawaban tegas yg sebaiknya diberikan seorang muslim apabila ditanyakan hal tsb adalah diharamkan karena larangannya  tertulis di dalam al-Quran.  Allah told us that, Allah says so, since he knows us best (as the best foolproof answer). Titik, jawaban selesai. Ilmu pengetahuan manusia mungkin tak akan sampai pada sebuah kesimpulan tegas tentang mengapa babi sampai diharamkan hingga akhir zaman. Lalu apakah jika ia belum terbukti merugikan secara ilmiah artinya aman saja bagi kita mengkonsumsinya.

Kisah nabi Musa as *berguru* kepada nabi Khidir as adalah kisah fenomenal yg menunjukkan bahkan seorang nabi secerdas Musa as pun masih memiliki sisi-sisi ketidaktahuan (to see the future/outcome, what is the consequence of certain acts beyond human logic) yg membuatnya tetap taat dan tunduk dalam keimanan. Lalu bagaimana dengan kita manusia biasa ?

Seorang ilmuwan yg melatarbelakangi penelitian nya dengan keimanan tidak akan tersesat saat ia memulai penjelajahan penuh misteri dalam mencari alasan/bukti/kebenaran dari ayat-ayat Allah di alam semesta ini. Ia menapak memasuki *rimba* penelitian sambil terus berpegang pada tali iman yg sudah ia ikatkan erat di pintu masuk, ia ulur sedikit demi sedikit melangkah di dalam *maze* keingintahuannya (ruang kompleks berlika liku yg sulit ketahuan ujung keluarnya), dan berharap ia dapat menguak sedikit demi sedikit tabir kebenaran. Bila ia bertemu hasil akhirnya, ia berucap masya Allah walhamdulillaah sementara bila gagal ia tidak akan tersesat krn ia dengan mudah dapat kembali ke awal lagi mengikuti tali yg selalu dipegangnya.
Lalu bagaimana dengan sang ilmuwan yg tak dibekali keimanan yg kuat, asal terobos saja bermodalkan data, alat dan teamwork yg canggih ? Sungguh disayangkan, bisa saja terjadi dan sudah banyak kasus bahwa orang ini hilang tak tentu rimbanya alias tersesat. Bisa jadi keimanannya runtuh dan ia mengklaim bahwa tiada kebenaran akan ayat-ayat Sang Pencipta. Padahal yg terjadi adalah ilmu nya yg belum sampai utk membongkar rahasia ilmu Allah Swt.
Semoga Allah selalu menjaga akal agar berada dalam koridor mengabdi kepada Nya, sebagai hidayah utk menggapai ridha Nya, dan bukan malahan menjerumuskan ke jalan yg sesat.

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni‘mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (orang-orang yang mengetahui kebenaran dan meninggalkannya], dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena ketidaktahuan dan kejahilan).(al Fatihah 7)


*arti al Quran dari Quran Explorer

*gambar maze dari sini.



No comments:

Post a Comment