Dua belas tahun lalu harga sebuah Toshiba Boomba 25", TV tabung/CRT kelas menengah berlayar datar dengan berbagai fitur, sekitar 3 jutaan rupiah. Hari ini satu unit LCD TV berukuran layar 25% lebih besar sudah dapat dibawa pulang dengan harga 25% lebih murah dibandingkan Boomba 25" yg bulky itu. Tiga tahun lalu LCD TV termurah sekitar Rp. 6 jutaan krn masih asli made-in-jepun atau korea, namun saat ini utk model-model pemula (entry level) sudah dapat dibuat dengan kualitas baik di Indonesia, Vietnam, Taiwan dan Cina, sehingga harga per unit langsung menjunam sepertiga nya !
Harga LCD TV "terbanting" disebabkan dua alasan utama: pertama, teknologinya sudah matang sehingga dapat dirakit di negara lain yg lebih murah SDM dan kedua, hadirnya produk layar tipis baru LED TV. Lebih tipis sekitar satu inchi saja dan lebih hemat daya. Harga LED TV hanya terpaut S$150 - 200 (more!) untuk kelas yg sama. Harga premium masih menempel pada layar tipis (Plasma/LED) yg memiliki fitur "masa depan" seperti Internet (SmartTV) dan 3D karena teknologinya masih diproteksi negara prinsipal aslinya (Korea, Jepun). Namun hingga akhir 2011, mayoritas konsumen masih tak memerlukan fitur futuristik tsb.
Sebuah keluarga yg tiga tahun lalu "perlu menabung" S$1 per hari (Rp. 6000 selama 3 tahun) untuk membeli LCD TV, kini sudah dapat melakukannya hanya dalam setahun. Spt catatan yg saya buat di FB akhir 2009 bahwa TV adalah media/sarana hiburan termurah yg dapat dinikmati keluarga. Sang penakluk berupa kotak berkaca hitam ! Anda cukup puasa minum kopi di kedai kopi selama 365 hari, Anda bakal punya LCD TV yg sangat mudah digunakan oleh siapa saja ini (Catatan: harga kopi susu naik tajam 20-30 cent atau Rp. 1500 dalam 10 tahun ini, sementara harga TV malah terjun bebas).
Regza 32PS10 model 2011 berdiameter layar 32", tebal panel 3 inchi, berat kurang dari 10 kg, dan makan listrik rata-rata 63 W. Kami amati pertama kali di showroom Mustafa dan langsung cocok dgn kualitas gambar, fitur, dan tentu harga (S$389). Hari itu (24/12) pelayan menerangkan tiga model yg sekelas yaitu buatan Samsung, Panasonic, dan Toshiba, beda harga S$10-15. Keunggulan Regza 32PS10 ini krn punya dua port HDMI, dapat memainkan langsung dari USB flash disk 27 format video, dan gratis satu kabel HDMI :-) Lebih bangga lagi krn ternyata ia pun buatan Indonesia seperti si Boomba. Setelah sekitar 1.5 tahun puasa TV, kini muncul lagi TV di rumah, meski menyalanya rata-rata kurang dari 4 jam sehari saja. Istri yg ikut survei heran juga lhoo ... bukannya memilih model Samsung yg saat ini rajanya TV LCD-LED he..he..
Persaingan dan kejatuhan harga TV layar tipis memang gila, apalagi pemain Taiwan (khusus layar LCD ukuran 42" ke bawah) sudah bermunculan. Khusus 2011 masalah berat lain "tak seolah tak relevan" bertambah: mulai dari gempa di Jepang, PIIGS di EU terancam bangkrut, kredit macet di US, inflasi yg tak berhenti naik, membuat konsumen menunda keinginan utk ganti TV atau beli TV yg lebih besar dengan fitur-fitur baru. Tak heran para pemain besar pun telah lama bergandengan tangan (strategic alliance), misalnya Samsung+Sony, Samsung+Vizio (khusus US), dan LG+Philips. Di penutup 2011, secara global Samsung dan LG menempati dua posisi teratas pangsa pasar dan disusul oleh Sony dan Toshiba (lihat tabel).
Sayangnya tradisi nama besar dan promosi yg heboh tak selalu berarti kesuksesan. Kenyataan pahit dirasakan oleh Sony "si juara tiga" yg mengalami kerugian di pasar TV empat tahun berturut-turut. Akhir minggu lalu Sony telah mengumumkan akan menjual seluruh saham nya di joint venture S-LCD yg dibentuk tahun 2004 bersama Samsung. Sepertinya layar tipis andalan SONY yaitu Bravia tinggal menghitung bulan-bulan terakhir saja untuk bertengger di rangking tiga atau bahkan menutup sama sekali bisnis ini.
Persaingan memang sengit, sulit bertahan jika produsen tidak mampu meraih posisi 1 atau 2 di kelasnya. Harga terus ditekan dan margin keuntungan semakin kecil. Lebih beruntung menjadi pebisnis kuliner yg dapat menaikkan harga daganganya 10-20% tiap tahun :-)
Selamat tahun baru 2012 !
Harga LCD TV "terbanting" disebabkan dua alasan utama: pertama, teknologinya sudah matang sehingga dapat dirakit di negara lain yg lebih murah SDM dan kedua, hadirnya produk layar tipis baru LED TV. Lebih tipis sekitar satu inchi saja dan lebih hemat daya. Harga LED TV hanya terpaut S$150 - 200 (more!) untuk kelas yg sama. Harga premium masih menempel pada layar tipis (Plasma/LED) yg memiliki fitur "masa depan" seperti Internet (SmartTV) dan 3D karena teknologinya masih diproteksi negara prinsipal aslinya (Korea, Jepun). Namun hingga akhir 2011, mayoritas konsumen masih tak memerlukan fitur futuristik tsb.
Sebuah keluarga yg tiga tahun lalu "perlu menabung" S$1 per hari (Rp. 6000 selama 3 tahun) untuk membeli LCD TV, kini sudah dapat melakukannya hanya dalam setahun. Spt catatan yg saya buat di FB akhir 2009 bahwa TV adalah media/sarana hiburan termurah yg dapat dinikmati keluarga. Sang penakluk berupa kotak berkaca hitam ! Anda cukup puasa minum kopi di kedai kopi selama 365 hari, Anda bakal punya LCD TV yg sangat mudah digunakan oleh siapa saja ini (Catatan: harga kopi susu naik tajam 20-30 cent atau Rp. 1500 dalam 10 tahun ini, sementara harga TV malah terjun bebas).
Regza 32PS10 model 2011 berdiameter layar 32", tebal panel 3 inchi, berat kurang dari 10 kg, dan makan listrik rata-rata 63 W. Kami amati pertama kali di showroom Mustafa dan langsung cocok dgn kualitas gambar, fitur, dan tentu harga (S$389). Hari itu (24/12) pelayan menerangkan tiga model yg sekelas yaitu buatan Samsung, Panasonic, dan Toshiba, beda harga S$10-15. Keunggulan Regza 32PS10 ini krn punya dua port HDMI, dapat memainkan langsung dari USB flash disk 27 format video, dan gratis satu kabel HDMI :-) Lebih bangga lagi krn ternyata ia pun buatan Indonesia seperti si Boomba. Setelah sekitar 1.5 tahun puasa TV, kini muncul lagi TV di rumah, meski menyalanya rata-rata kurang dari 4 jam sehari saja. Istri yg ikut survei heran juga lhoo ... bukannya memilih model Samsung yg saat ini rajanya TV LCD-LED he..he..
Pasaran LCD-LED-TV dunia (sumber) |
Sayangnya tradisi nama besar dan promosi yg heboh tak selalu berarti kesuksesan. Kenyataan pahit dirasakan oleh Sony "si juara tiga" yg mengalami kerugian di pasar TV empat tahun berturut-turut. Akhir minggu lalu Sony telah mengumumkan akan menjual seluruh saham nya di joint venture S-LCD yg dibentuk tahun 2004 bersama Samsung. Sepertinya layar tipis andalan SONY yaitu Bravia tinggal menghitung bulan-bulan terakhir saja untuk bertengger di rangking tiga atau bahkan menutup sama sekali bisnis ini.
Persaingan memang sengit, sulit bertahan jika produsen tidak mampu meraih posisi 1 atau 2 di kelasnya. Harga terus ditekan dan margin keuntungan semakin kecil. Lebih beruntung menjadi pebisnis kuliner yg dapat menaikkan harga daganganya 10-20% tiap tahun :-)
Selamat tahun baru 2012 !