Aug 7, 2008

Dongeng Manajemen untuk Anak

Aslinya dari milis yang kami ikuti dan tak tahu siapa penulis aslinya. Dongeng-dongeng semacam ini sudah sering muncul entah dari siapa saja, terus beredar dan diteruskan macam reaksi berantai surat kaleng. Bukannya hilang ditelang masa, malahan kembali hadir dengan berbagai versi dan bahasa-bahasa lain. Coba renungkan kedua cerita di bawah, rasanya cocok juga untuk dongeng buat si kecil, dongeng manajemen sedini mungkin :-)

Dongeng Perangkap Tikus
Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus !..."

Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkap tikus". Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras dari perangkap tikusnya di dapur, wah sudah ada satu korban malam ini pikirnya. Ternyata yang terperangkap adalah seekor ular berbisa. Istri petani dalam gelap meraba-raba mencari perangkap tikus tadi, namun malang ... terpegang olehnya ekor ular berbisa yang terjepit perangkap tadi. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan mematuk tangan istri petani.

Walaupun sang suami dapat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri sudah terkena bisanya. Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih saja, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Petuah:
Jangan abaikan peringatan biarpun ia nampak sepele pada saat ini.

Balada Katak Rebus
(parable paradox of boiled frog)

Seekor katak yang dicemplungkan ke dalam air mendidih akan berontak dan segera meloncat keluar dari pancinya. Jadi, ia selamat walaupun memiliki luka-luka lepuh di kulitnya.

Di Panci yang lain terdapat air dingin, saat katak diceburkan ke dalamnya, ia merasa tenang dengan suhu air itu. Ia berenang dan menyelam ke sana ke mari. Perlahan-lahan api kompor diperbesar dan air menjadi hangat, eh sang Katak berasa semakin nyaman dan terkantuk-kantuk. Walaupun merasakan perubahan, si katak masih dapat beradaptasi secara alami lewat pori-pori kulitnya, jadi ia tetap tinggal di dalam panci tersebut. Pada akhirnya, si katak ini bahkan tidak pernah meloncat keluar. Suhu air perlahan-lahan meninggi dan air semakin mendidih, katak tak lagi memiliki kekuatan untuk melompat keluar panci dan mati sebagai katak rebus.

Petuah:
Jebakan katak rebus adalah sebuah teori manajemen mengenai matinya seseorang/sistem karena kemampuan menyesuaikan dirinya tak dapat lagi mengikuti tekanan eksternal yang diterimanya secara gradual. Bisa juga diartikan tak mau atau berani untuk keluar dari zona nyaman.

No comments:

Post a Comment