Dec 3, 2010

Lingkaran Syukur dan Ibadah

Syaikh Abdurrahman as Sa'di dalam bukunya Taisirul Karimir Rahman I berkata definisi syukur itu sbb: "Pengakuan hati terhadap karunia Allah yang telah diterima, karena memang sangat dibutuhkan, lalu karunia itu dipergunakan untuk taat kepada Allah serta menjaganya dari noda maksiat". (1)

Adalah suatu hari di bulan Ramadhan 1431H, di sebuah rumah nan asri, di pelukan raksasa Marapi dan Singgalang, Bukittinggi, Sumatra Barat. Sudah beberapa hari itu langit berat menanggung beban air hujan namun ia masih bersabar tidak menumpahkan sederas-derasnya, cukup gerimis disertai hembusan angin dingin. Di salah satu kamar di sudut rumah, kami sedang bergelut dgn flu yg cukup merepotkan. Sahut bersahut bunyi2an dari hidung dan mulut dengan istri yg juga terbaring diterpa serangan virus influenza terparah tahun ini. Hari-hari libur di akhir Ramadhan yg sejak jauh hari sudah direncanakan untuk menggandakan kuantitas ibadah sepertinya akan tinggal rencana di atas kertas. Padahal skenarionya tak keliru, suasana kampung yg sejuk dan tenang plus iming2 menu sahur berbuka yg spesial tentu membuat rangkaian sepuluh hari terakhir ini istimewa. Tapi kenyataan kadang berbalik arah tanpa diduga.

DI hari perjalanan non-stop melintas tiga negara selama tujuh jam CHG-KUL-PDG- BKT merontokkan stamina yg mulai menipis di etape terakhir Ramadhan. Kondisi Elwis ambruk saat transit di LCCT KUL namun masih memaksakan diri utk dapat mencontreng shaum penuh di hari itu. Alhamdulillaah dapat ifthar saat azan Magrib di Panji. Sementara saya tetap berfikir positif utk tetap melanjutkan hingga hari ke-30 meski kondisi tubuh antara sehat dan tidak. Mungkin tertular kawan sekamar yg perlu menghadap dokter tiga hari kemudian :-(

  • Mau tilawah, pilek dan suara serak.
  • Mau shalat malam, otot dan otak terasa berat utk dibangunkan.
  • Mau ikut tarawih di mesjid (yg lumayan 500 meter dari rumah), kurang nyaman krn hujan gerimis hadir tiap malam dan udara pun dingin.
  • Mandi pun ikut2 an menjadi kegiatan yg mahal krn badan yg ringkih ini tak tahan ditampar air dingin dari gunung itu.

Alhamdulillaah cukup ramai yg tinggal di rumah (maksudnya tim wanita he..he.) sehingga dapat mengusahakan shalat berjamaah. Imam pun sudah siap. Tilawah utk mengejar target juz demi juz pun dapat dipaksakan di malam hari baik dengan suara ON atau dalam hati saja. Sementara itu parasetamol, OBH, dan segala macam balsam/minyak kayput turut berpartisipasi utk membantu penunaian qiyamul lail. Kadang2 di pagi hari, surya memancarkan kehangatannya dan udara pegunungan yg segar memenuhi rogga dada kami utk memacu pemulihan. Malam takbiran pun finally tiba, esok paginya langit cerah, menyambut 1 Syawal 1431H hingga malam hari.

Memang tiada yang lebih nikmat dibandingkan beribadah dalam kondisi tubuh sehat walafiat. Tubuh sehat itu nikmat yang wajib disyukuri karena dengan kesehatan itu kita dapat beribadah dengan nikmat dan meningkatkan lagi raya syukur kita.

catatan:
(1) Disalin dari Abu Umar Basyir: Samudra al Fatihah (Insan Cemerlang, 2004)

No comments:

Post a Comment