Dec 15, 2010

Tangga Air

Membangun sungai, kanal atau selokan perlu berteori. Intinya mengalirkan air sebanyak2 nya dalam waktu cepat ke tempat lain (tempat pengumpulan akhir atau tempat pembuangan berikutnya). Jalur2 air di sini sering tak berair atau dangkal sekali di saat tidak ada hujan. Di saat ada hujan lebat jalur2 ini seketika dialiri arus air yg cepat, level permukaannya naik perlahan-lahan. Namun dengan berhentinya hujan dari langit, aliran air deras tadi pun berangsur menyurut kecepatannya, turun permukaannya, dan dalam hitungan kurang dari satu jam, kembali ke kondisi seperti sebelum hujan. Aliran air kembali tenang, hanya tampak basah di dinding kanal/selokan bahwa sebelumnya telah terjadi permukaan air naik.




Seperti yg pernah saya tulis sebelumnya, otoritas air di negeri ini tahu kemana tiap tetes air yang masuk ke pulau ini. Kalau tidak meresap ke tanah, tentunya segera dialirkan masuk ke reservoir (waduk buatan utk penyimpanan), dan diupayakan seminim mungkin yg terbuang sia-sia ke laut. Water is very precious. Meski kadang selokan/kanal tak mampu secepat itu menampung debit air yg tercurah dari langit sehingga "luberan" atau genangan dan bahkan banjir pun dapat tercipta. Negeri ini pun perlu melindungi dirinya dari ancaman air laut yg lebih tinggi dari permukaan daratan seperti saat gerhana bulan ataupun di saat guyuran hujan yg amat lebat sehingga perlu membangun dam berikut pompa-pompa raksasa di pintu air Marina.

Dokumentasi membangun kanal atau saluran pembuangan air dapat dicontoh di sini.

No comments:

Post a Comment