Jun 13, 2008

Belajar berhemat dari maskapai penerbangan

Berhemat dulu, penyesuaian harga kemudian. Ungkapan ini rasanya tepat ditujukan untuk maskapai-maskapai penerbangan di Amerika atas inisiatif tanpa henti mereka mencari ide dan melakukan perbaikan untuk penghematan bahan bakar mesin terbang mereka. Bahan bakar pesawat jet adalah komponen terbesar biaya operasional pesawat terbang komersil. Kapasitas penuh tanki B737 adalah 7000 gallon, sementara B747 60K gallon. Harga minyak mentah dunia yang telah berminggu-minggu bertengger di atas USD 120 per barrel tanpa menunjukkan keinginan turun benar-benar menjadi beban bagi semua penyedia sarana transportasi udara, darat, dan laut.

Delapan tahun lalu ongkos bahan bakar hanya 15% dari harga tiket yang dibayarkan penumpang, namun pada saat ini porsi biaya bahan bakar membengkak hingga 40% menurut IATA. Opsi menaikkan harga sepatutnya adalah opsi terakhir atau dilakukan bersamaan dengan perbaikan efisiensi di tiap bagian yang mungkin dihemat.

Laporan di New York Times melaporkan maskapai-maskapai lokal seperti Northwest, Southwest, United dan American Airlines sedang (atau sudah sejak 2-3 tahun ini) berlomba memikirkan berbagai trik untuk memanfaatkan semaksimal mungkin tiap tetes avtur yang mereka bawa terbang. Tiga strategi pokok yaitu meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengkaji rute terbang, dan pengurangan beban yang dibawa terbang telah mengilhami langkah-langkah berikut:
  1. /Efisiensi/ Lebih sering melakukan pembersihan mesin jet dari debu dan partikel kotoran. Mesin jet adalah bagian yang paling dahsyat yang mengkonsumsi bahan bakar, sehingga gesekan sekecil apapun yang membebani perputaran mesin tanpa ada manfaatnya adalah pemborosan.
  2. /Rute/ Mengkaji rute-rute penerbangan yang kurang membawa untung, terutama jarak pendek. Solusinya menukar jenis pesawat atau menutup rute tsb sama sekali. Northwest mengandangkan armada DC9 nya, American memarkir beberapa armada MD80 nya, termasuk United memarkir 6 dari unit B747 nya.
  3. /Efisiensi/ Menghentikan operasional mesin-mesin tua yang boros dan menukarnya dengan generasi pesawat yang lebih baru. Contoh A319 lebih efisien 27% dari DC9 dan A330 mengkonsumsi 38% lebih sedikit avtur pada jarak jauh dibandingkan DC10.
  4. /Efisiensi/ Mengurangi kecepatan jelajah dari 500 mph ke 480 mph. Toh waktu tiba hanya telat 4-5 menit pada kondisi yang sama.
  5. /Beban/ Buku-buku petunjuk yang biasa dibawa tiap terbang dikurangi, ditukar dengan informasi digital yang dapat dibaca di layar monitor.
  6. /Beban/ Mengurangi bahan bakar cadangan yang selama ini selalu dibawa terbang. Kapasitas tanki yang biasanya penuh kini dikurangi karena dibutuhkan bahan bakar untuk menerbangkan bahan bakar.
  7. /Beban/ Mengurangi volume air yang dibawa untuk keperluan toilet pesawat. Air lebih berat dari avtur, karena 1 gallon air = 8.3 pounds (1 pound = 0.4536 kg) dibandingkan avtur = 6.8 pounds.
  8. /Beban/ Menukar tempat duduk penumpang dengan versi yang 5 pounds lebih ringan.
  9. /Beban/ Menukar troli makanan dengan versi yang 17 pounds lebih ringan.
  10. /Efisiensi/ Memanfaatkan tenaga elektrik saat membawa pesawat mundur dari parkir (gate) menuju landasan (ramp), memanfaatkan satu mesin jet saja saat menuju landasan pacu (taxi)
Terlihat banyak trik yang dapat dilakukan tanpa buru-buru menyesuaian ongkos bahan bakar (fuel surcharge) atau menarik ongkos untuk tiap koper yang masuk ke bagasi. Kabar baik bagi maskapai yang memiliki Airbus A380 atau Boeing Dreamliner 787, yang 'katanya' lebih efisien dibanding sedan kompak (3 litres per 100 passenger km). Namun sayang ... dua burung besi raksasa ini baru terasa hemat bila dipakai untuk terbang jarak jauh dengan penumpang penuh pula :-)

No comments:

Post a Comment