Tickets are much cheaper, more freedom for foods and drinks (no compulsory coke or popcorns), no cozy sofa but it is okay, no long queues hence cinema is usually empty (another freedom of coz), and you own the cinema since the viewers usually are neighborhood's guys and gals on the block :-) And another stunning fact is there always McDonald restaurant below for refreshment after the movie.
Hari genee di Singapura, masih ada juga bioskop dengan tarif murah dan info waktu tayang yang menggelikan. Hanya ditempel pakai potongan kertas putih dengan hari dan jam tayang yang ditulis spidol ... tentunya ini bisa diubah seenaknya dan tak bisa dipesan online di internet. Belum lagi info Chinese Subtitles dan Malay Subtils nya :-) Mengatur jam main nya pun mudah karena hanya ada 3 layar di sana. Seringnya bioskop ini sepi, sehingga penonton dimanjakan dengan kebijakan free seat dan tak perlu antri lama. Kualitas suara dan gambar cukup saja lah dan jangan protes kalau tiba2 AC mati atau ada yang buat keributan secara sengaja atau tidak he..he...
Tapi yang jelas, bisa nonton sambil mengenyangkan perut dengan menu yang disukai ... nasi lemak, epok-epok, burger ramly, fries sambil ditemani kopi-o, teh tarik, bandung atau ice kachang tanpa harus kembung makan popcorn dan air hitam coke. Karena harga tiketnya murah, bioskop ini bagus untuk dipakai menonton film-film yang tak jelas rating nya ... maksudnya tak menyesal gitu sudah antri panjang dan bayar mahal tapi film nya ancur !
Dulu, di Bedok ini ada kawan2nya, salahsatunya bioskop Changi. Bioskop ini fokus dengan film India, entah Hindi atau Tamil. Targetnya jelas yaitu pekerja kontrak dari Asia Selatan dan sebagian kecil penduduk Singapura dari ras Tamil atau Melayu yang tergila-gila dengan layar lebar Bollywood. Memang sih tak nyaman katanya nonton film di sini: gaduh, temaram, pengap, dan jadi sarang preman... . Alasan sampingan tentu saja karena kurang gengsi ! Akhirnya Changi direlakan untuk tutup tahun 1999.
Bioskop2 tua di Singapura seperti di Clementi, AMK, Marine Parade, Tampines pun bernasib sama, sudah berubah wajah menjadi tempat makan atau hiburan lain. Satu yang masih bertahan ada di lokasi Golden Mile Complex, tempat tamasya warga Thai, Vietnam, atau Myanmar. Kesimpulannya di tahun 2008 ini hanya Princess dan Golden yang masih bertahan diterjang demam sineplex semacam GV, Shaw, Cathay. Susah memang untuk bernostalgia di kota metropolis ini.
Herannya Ayat Ayat Cinta tak diputar di Putri, padahal Bedok pun populer bagi warga Melayu tempatan :-)
No comments:
Post a Comment