Aug 27, 2011

Ramadhan dan Malthus


I say, that the power of population is indefinitely greater than the power in the earth to produce subsistence for man
Teori mas Malthus ini pertama kali saya baca saat kelas 1 SMA. Malthus memaparkan teorinya di thn 1798, meramal dunia akan punah karena tak ada makanan 150 tahun lagi. Prediksinya mengerikan, jumlah penduduk selalu naik mengikuti deret eksponensial sementara produksi makanan hanya bergerak naik ala deret hitung.

Alhamdulillah ini tidak terjadi ... 1950 ... 1990 ... 2010, produksi pangan nabati hewani (dgn ditunjang kemajuan iptek) masih sanggup menanggung kehidupan manusia di bumi kita. Tapi jangan lupa, kini populasi makin menggila, karena ada 200 ribu mulut baru yg perlu diisi tiap hari di dunia.

Dunia makin maju menciptakan banyak lapangan pekerjaan, orang yg berpenghasilan lumayan makin ramai. Yang dulu makan sekali sehari, sekarang mampu lebih. Dulu makan daging sekali seminggu, sekarang tiap hari. Dulu sudah kenyang dengan makanan pokok saja, kini perlu ada makanan pembuka, penutup, dan dessert nya. Serangan iklan di media bertubi-tubi untuk produk F&B, yang tak perlu kini menjadi wajib. Orang kaya semakin pemilih, hanya mau makan kualitas premium. Padahal daging atau sayuran premium itu dihasilkan dengan jumlah energi, air, pupuk, racun, dan limbah yg lebih dahsyat merusak alam sekitar. Acara pertemuan, pesta, syukuran, reunian sering diadakan dengan makanan tersisa yg luar biasa menggunung tiap malam atau akhir pekan atas nama gengsi dan kebiasaan.

Belum lagi persaingan makanan orang dengan sumber daya energi alternatif. Manusia dan mesin berebut jagung, tebu, minyak sawit, dll ! Suplai makanan terus berkurang menyebabkan inflasi harga, menghantarkan ratusan juta orang kelaparan yg kurang beruntung di belahan bumi lain. Padahal mestinya tak perlu tambah mahal asal saja tak ada over-consume (baca: kemubaziran) dan manusia tak over-exploit lingkungan.

Go Vegan ! Eh maaf, berhematlah utk mengisi perut Anda.

Di dunia ada 1.5 milyar muslim, menyumbang 20% penduduk bumi. Salahsatu kemuliaan bulan puasa adalah menahan nafsu makan/minum sehingga memberi mother gaia waktu sebulan tuk berehat sejenak. Bukannya malah berlomba-lomba dengan menu berbuka puasa dan sahur yang jauh lebih *wah* dari menu sehari-hari. Rasulullah mengingatkan agar kita makan sekadar utk dapat menegakkan tulang punggung (memberkan tenaga tuk ibadah n kerja), sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sisanya untuk udara. Jadi puasa siang hari bukan untuk balas dendam di malam hari. Orang dengan perut yg penuh memang sahabat bantal, alih-alih tulang punggung tegak yg sanggup menopang ibadah malahan tulang punggung yang maunya rebah ( tidur lelap).

Kembali ke judul ... bulan Ramadhan, di saat umat Islam menahan nafsu makan dan minum, adalah solusi tahunan yg tepat untuk menunda jauh ketakutan mas Malthus. Bagi seorang muslim, siang hari sudah berpuasa, ini berarti konsumsi nol. Nah datang waktu berbuka, jangan balas dendam dengan makan ekstra. Isilah perut dengan tenang. Hindari kemubaziran yg tak perlu krn perut sudah terlalu kenyang atau salah strategi makan. Ada beberapa trik yg dapat dipraktekkan:
  • Awal berbuka: tiga kurma dan air/teh manis hangat atau kolak hangat. Usahakan memang yg manis dan hangat, gunanya merangsang organ pencernaan utk siap bekerja dan membuang udara (gas) yg terperangkap di dalam saluran pencernaan sejak pagi.
  • Lanjutkan dengan shalat Maghrib.
  • Baru makan malam spt biasa. Garis bawahi kata-kata seperti biasa :-)
  • Lalu jika usai tarawih ada hidangan penutup, usahakan makan seperlunya saja jika memang masih ingin mencoba.
Bilamana mendapat undangan berbuka bersama (bukber) / ifthar jama'i biasanya banyak hidangan/penganan/kue-kue/kolak/buah yg tersedia. Jangan kalap utk menghabiskan semuanya. Lebih baik jika kita (atau panitia bukber) sudah menyediakan kresek (plastik pembingkus) yg dpt dibawa pulang. Sisa2 makanan tadi tentu diselamatkan dari mubazir dan perut pun tak sakit kekenyangan. Tentu saja ingat saudara-saudari yg lain, jangan rakus semua hidangan yg tersisa di depan mata kita sapu semua :-)

Mari berbuka tanpa mubazir dan mesra kesehatan !



No comments:

Post a Comment