Hari ini tepat 46 tahun usia kota ini. Nanti malam seperti biasa bakal ada puncak keriuhan di tengah kota dgn lagu, baris berbaris, pertunjukan pesawat tempur, dan ditutup dgn pagelaran kembang api yg dihadiri pembesar negeri, siswa sekolah SD, dan rakyat yg beruntung dpt undangan nobar (nonton bareng) National Day sekitar pukul 5 sore hingga 8 malam.
Berbeda dengan hari kemerdekaan 17 Agustus di tanah air dimana penduduk akan menyorakkan “Merdeka” sebagai ungkapan Selamat Hari Kemerdekaan, di sini 9 Agustus adalah Hari Kebangsaan dan masyarakat akan menyambut dgn ucapan Happy Birthday pada negerinya.
Awal bulan Agustus selalu ramai di dekat rumah kami. Sebabnya, lokasi rumah berdekatan dgn karang taruna atau pusat komunitas (CC/community center) yg selalu menjadi sentra kegiatan di daerah ini. Pasti ada satu hari makam malam warga bersama wakil parlemen, semacam syukuran tujuh belasan di RT/RW kita (sayangnya ini nggak gratis he..he..) dan ada satu hari dimana wakil anak2 TK/SD/SMP dan guru nya berkumpul utk merayakan hari kebangsaan versi mini ... berbaris di lapangan, mendengar pidato singkat, pertunjukan lagu/tari yg dipandu MC, dll. Biasanya peserta sudah tinggal datang saja krn seluruh persiapan sudah diadakan EO nya.
Nah kalau sudah tiba harinya, pengeras suara akan bergema mengantarkan lagu dan musik yg pasti familiar: dimulai dari Majulah Singapura dan lagu-lagu tema hari kebangsaan versi bahasa Inggris (yg selalu berbeda dari tahun ke tahun dan saya akui sulit diikuti orang dewasa apalagi anak-anak seusia TK/SD). Acara selanjutnya adalah lagu/tari baik dgn suara LIVE ataupun rekaman yg mengiringi anak2 TK/SD tadi beraksi. Dress code nya merah atas, putih bawah, sambil membawa bendera. Acara hari kebangsaan dibuat menjadi acara wajib yg menarik. Dukungan dana yg kuat dari sekolah sehingga tak ada yg kelaparan atau letih krn wajib hadir di NDP, dan uniknya lagi ada libur tambahan utk anak-anak sekolah (setengah hari di hari H-1 dan libur penuh di H+1).
Spirit kebangsaan adalah serious business di sini. Anak-anak sekolah dasar hingga menengah berkumpul tiap pagi di aula sekolah selama setengah jam atau lebih. Mendengarkan beberapa pengumuman dan yg terpenting selalu dilakukan adalah berjamaah menyanyikan Majulah Singapura dan mengucapkan sumpah warga negara. Tiap pagi, tiap hari sekolah, dimulai dari usia sangat muda alias golden age. Bayangkan, pastilah kedua pernik kebangsaan tadi (lagu dan sumpah) akan melekat kuat di ingatan mereka. Ini belum lagi dengan kewajiban anak sekolah untuk hadir di perayaan hari kebangsaan dan wajib militer 2 tahun bagi anak pria.
Mgkn para siswa itu tidak hafal per-se tiap kata,
mungkin 50% dari mereka akan tetap tak ingat liriknya hingga kapanpun,
mungkin 50% dari mereka setelah dewasa frustasi dengan kebijakan negeri, gagal mengejar cita, dan tidak menikmati kemajuan negeri ini,
namun modal dasar sudah ditanamkan sejak dini.
Memang tidak mudah menciptakan rasa bangga dan cinta tanah air hanya dengan olah suara monoton tiap pagi. Namun pendiri negeri ini telah berusaha dan doktrinasi tetap akan dilakukan. Saya tetap yakin salah satu pilar pertahanan keamanan semesta adalah melalui kebijakan yg tepat di sektor pendidikan. Bagaimana dengan negeri tertjintah ? Apa yg dilakukan pemimpin bangsa ku untuk mengenalkan rasa cinta tanah air sejak dini selain dgn wajib hafal Pancasila, hadir upacara senin pagi atau 17 Agustusan ? Hmm at least personil Cokelat pernah mencoba :-)
Tulisan terkait di sini.
No comments:
Post a Comment