Aug 8, 2011

Sisi Positif Sekolah Mahal


Tulisan ini berasal dari diskusi di milis Smandel90.  Sebuah thread terpanjang yg pernah kami diskusikan. Diawali posting mengenai peringkat SMU8 dalam UN 2010 dan 2011 diantara SMU  negeri dan swasta di Jakarta, lalu melebar ke isu SANGAT mahalnya Smandel kini.

Setelah tiga tulisan di awal tentang concern saya "Mengapa Smandel Harus Mahal", kini mari kita lihat keuntungan bersekolah di institusi yg punya sumber dana bueeesssaar:

Fasilitas !
  1. Lab nya (IPA, bahasa) bagus. Mau eksperimen sendiri silakan krn tiap siswa tak perlu menunggu giliran lama untuk mencoba instrumen ukur (krn alatnya lebih banyak). Perpustakaan lengkap (mungkin 24jam dapat diakses krn ada fasilitas online). Internet/wifi gratis, TV kabel utk menyimak berita-berita internasional, langganan koran/majalah teranyar semacam National Geographics, Science, Nature dll yg susah-susah gitu. Punya tanah sekolah yg luas, mgkn cukup utk 4 lap basket, 1 lap bola, 2 kolam renang ukuran 50x25m², gym dll.
  2. Guru lulusan S1/S2 yg dedicated, bahasa Inggrisnya lancar, caring, aktif membantu siswa utk sukses di kelas, dan last but not least kerjanya tak merangkap di tempat lain.
  3. Satu kelas diisi 20-30 siswa, disediakan asisten guru utk tutorial di luar jam sekolah.
  4. Info yg selalu up-to-date, misal beasiswa DN/LN, student exchange, homestay program dll.
  5. Akses ke berbagai lomba ilmiah, olahraga, seni di DN/LN dan sekolah dpt membiayai pengiriman siswanya ke event-event bergengsi tersebut jika terpilih sbg peserta/pemenang.
  6. Kerjasama dgn institusi penelitian, pendidikan di tempat2 lain terbuka mulus.

Ho..ho... macam sekolahannya harry potter saja  :-) Artinya sekolah 3 tahun di smp atau smu benar-benar  dimanfaatkan utk jadi peneliti, engineer, dokter, pengacara tingkat dunia, calon penerima nobel lauriate  masa depan ... BUKAN hanya utk sekedar lulus UN masuk sekolah/ptn impian.

Para siswa dari sekolah visioner ini lulus smu, hanya perlu waktu 3 tahun lulus cum-laude dari S1 dan tambahan 3 tahun lagi utk namatin S3 (except for medical/law schools ya). Terbayang kan anak kita lulus SD umur 12, lulus SMP umur 14, SMU 16y, S1 19y, S3 22y (program akselerasi dua tiga kali). Nikah dahh dengan mas kawin gelar doktor :-)

Siapapun akan setuju sekolah elit begini bayarannya PERLU mahal, guru-guru hebat, dan berasrama. Mengapa ortu atau anak mau masuk sekolah macam begini ? Jelas sj visi sekolah ini luar biasa. Kalau hanya ingin menghasilkan beberapa anak sejenius Arai, Lintang, dan Ikal tentulah tipikal sd/smp/sma di P.Belitong sudah cukup :-)


Dengan makin kuatnya permodalan sebuah sekolah (cash rich), ortu yg siap dan mau membiayai kegiatan-kegiatan anaknya (ekskul, overseas trip dll), dan jaringan alumni yg solid membantu almamaternya maka pamor sekolah itu akan terangkat. Hal ini juga terjadi pada institusi spt ITB, dimana saat ini mahasiswanya semakin sering terekspose sebagai peserta/pemenang dlm lomba-lomba ide/kreativitas di luar negeri. Kalau hanya mengandalkan SPP spt zaman kita dahoeloe, jiaah mana ada kesempatan studi banding ke luar negeri he..he.. Sebenarnya sekolah2 kristen di jakarta sudah terkenal dgn kualitas nya, saat ini pun  membuka kelas-kelas mahal. (bpk penabur, kanisius, sanur ... ) Namun kelas reguler nya tetap ada dan katanya tetap terjangkau. Hal yg sama juga dilakukan oleh sekolah2 terintegrasi (Islam Terpadu) dengan biaya sekolah yang alamak mahalnya krn memang semua nya diserahkan pada sekolah dan ortu siswa.

*****

Mnrt pendapat saya, pendekatan pemerintah era ORBA (masa kita 20 tahun dulu) sudah benar ada sekolah negeri dan swasta. Kita tak dapat juga mengadopsi sistem sekolah semacam di eropa barat, skandinavia, negeri komunis, negeri petrodolar di MEA dimana sekolah totally gratis atau bayar murah sekali. Pemerintah nya full funding krn jml penduduk yg sedikit, sumber penerimaan negara yg besar krn sumber alam atau penghasilan pajak dll. Singapura, Msia, Hkg, Taiwan masih memakai sekolah pemerintah dan sekolah swasta. Sekolah pemerintah biayanya terjangkau banget oleh 95% penduduknya, andai tak terbayar yah digratisin. NAMUN perlu diingat,kualitas pendidikan di sekolah pemerintah itu tak pernah abal-abal ! Lulus SD, Hasil O/A level siswa-siswi mereka juga bersaing dengan Top-10 sekolah swasta meski dari sisi rata-rata nilai jelas sekolah pemerintah belum dapat bersaing :-)


Sekolah2 swasta baru premium bayarnya, kualitas jelas ok, masuknya amat kompetitif (just top 5%, cream of the cream yg bisa masuk), guru-guru di sana ekstra keras bekerja nya utk maintain/increase the school performance, dll. Mengapa ortu mau kirim anak ke sekolah swasta ? Jelas krn mereka ingin SOMETHING EXTRA, mau training kepemimpinan, ingin anaknya ikut ekskul berkelas, mau punya sertifikat kelulusan yg diakui di LN (spt Cambridge O/A level, IB, dll) dan lomba seni/olahraga/iptek antar bangsa di luar negeri, orasi sekelas toast master, jebol kampus-kampus IVY league di US/UK/EU, dll. Jadi bukan krn HANYA belajar sesuai kurikulum sj yg membuat sekolah itu mahal. Belajar sesuai kurikulum, lulus, dan lanjut sampai Uni terbaik, sudah dapat dihasilkan oleh tiap sekolah seharusnya !

Tulisan ini saya buat sebagai kritik karena saya cinta almamater. Saya ingin agar lebih banyak calon siswa dari keluarga, kawan-kawan alumni, dan ortu yg cinta prestasi sejati utk dapat merasakan kebaikan dari sekolah-sekolah unggulan tanpa harus bingung biayanya.

*penulis adalah alumni_1990_dan_meneruskan_ke_itb

No comments:

Post a Comment