Gigi bungsu ini tumbuh miring dan menghajar gigi geraham yang ada di sebelahnya. Pelan tapi pasti, terus mendesak, dan puncaknya saya merasa sensasi sakit yang luar biasa di bulan Maret 2008. Padahal hanya makan roti dengan mentega dan meses ceres, tapi denyutannya ruarr biasa. Buru-buru pulang kantor sore itu namun denyutannya masih tak berhenti hingga waktu shalat Isya, schade. Alhamdulillaah selanjutnya bisa tidur malam lebih awal.
Akhirnya saya cek ke dentist langganan di gedung Internasional Orchard pada 27 Maret 2008. Langsung divonis bahwa wisdom tooth (geraham bungsu) harus dicabut dan geraham sebelahnya harus mengalami nasib yang sama atau diselamatkan dengan root canal ! ( kasarnya ... sayang uang atau sayang gigi). Di x-ray segera dan kelihatan deh pergulatan yang tidak sehat di rahang ini plus dampak lobang besar di geraham sebelahnya itu. Alasan klasik bahwa wisdom tooth ini TAK ADA GUNANYE dan dicabut itu tidak ada efek ruginya saya dengar berulang-ulang petang itu.
Apa ada opsi lain ?
Nggak percaya dengan bualan dentist klinik swasta tadi karena saya masih berharap ada opsi lain untuk tidak dicabut, saya cek ke dentist di poliklinik gigi Tampines 10 Mai 2008 . Sama juga diagnosanya, kudu dicabut ! Lalu sang dentist muda di poli ini memberi surat rujukan untuk datang ke paguyuban dentist Singapura di NDC (Pusat Pergigian Nasional atau National Dental Center) dekat Outram Park MRT sana. Pantang mundur, saya jalani juga, pikir-pikir di NDC pasti dokter-dokter senior akan dapat memberi pandangan yang lebih bijak dan tidak asal ambil jalan pintas ... pull-pay-n-go saja macam dua dentist muda sebelumnya. Di NDC, x-ray lagi dan ternyata pendapat dua orang dokter senior di sana (sudah tua sih sih bawaannya) bahwa gigi bungsu ini memang HARUS DICABUT SEGERA. Tidak tanggung-tanggung sekaligus DUA ... bukan hanya geraham bungsu bawah yang miring itu, pasangan yang ada di atasnya juga perlu dicabut. Alasannya bila geraham bungsu atas (gba) itu dibiarkan tanpa pasangan, ia tak akan berguna untuk mengunyah dan akan menimbulkan efek sariawan dan gusi bengkak di kemudian hari karena "secara gravitasi" gba ini "turun" teratur.
Bismillah ! 27 Mei 2008 jam 11.30 saya coba menenangkan diri dan berkonsultasi dengan Allah untuk menyadari kondisi ini. Ibu dokter kepala para dentist di lantai dua NDC sekali lagi memberi semangat agar saya mantap dan meyakinkan efeknya akan makin buruk kalau dibiarkan. Pukul 2 sore, execution is started. Bukan mimpi, salin baju hijau untuk bedah, pakai bungkus rambut, bungkus sepatu, dan melepas seluruh material logam yang terpakai di badan ini dan berjalan menuju teater bedah. Isi form ini-itu, isi form Medisave, dan tanda tangan setuju untuk dioperasi. O..ya dokter bedah gigi ini bukan kedua dokter senior tadi.
Bedah dengan anastesi lokal berjalan sesuai yang dijanjikan 30 menit. Mata ditutup dan kombinasi besi-tang-bor grak-grik-gruk terus beraksi di dalam mulut pasrah yang dipaksa menganga ini. Selesai operasi saya perlu menggigit sumpalan perban kecil di dalam gusi bolong yang ditinggalkan gigi bungsu tadi sambil merasakan rahang ini kebal dan pipi kanan sedkit bengkak. Dapat cuti sakit (MC) 5 hari, makan Arcoxia(TM) 120mg pain killer, 2x250mg antibiotik, dan obat kumur untuk konsumsi 5 hari.
Alhamdulillah setelah tiga hari darah berhenti total dan pemakaian Arcoxia sudah boleh dihentikan. Dua minggu perlu bersabar makan bubur, thanks a lot honey :-) Namun ada rasa nyeri dari tempat jahitan yang menimbulkan sariawan besar. Hari kelima MC jahitan dilepas dan dokter bedah ini menyatakan everything looks fine dan ia hanya memberi gel penyembuh sariawan saja. Tambahnya gusi baru akan bertaut 2-3 bulan kemudian ... hmmm ... apa tidak khawatir sisa makanan bersarang di sana dan menjadi sarang bakteri.
Korban tabrakan ditambal
Takjub dentist muda belia ini dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak jemu-jemu melihat kondisi geraham korban yang ditabrak geraham bungsu sebelumnya. Namun dia tetap optimis dan memberi harapan bahwa gigi ini dapat ditambal meski lobangnya gede. Doi hanya khawatir lobang itu telah menyusup menembus email dan dentin sehingga menembus halus pulp atau rambut syaraf gigi. Oh ... NO ! Pantasan waktu tertekan dulu sensasinya menjadi-jadi. Tapi saya tak mau kehilangan gigi lagi dan opsi perawatan kanal akar (root canal) adalah terlalu bertele-tele dan makan waktu n biaya.
Saya tanyakan tentang nyeri dan mengapa gusi saya masih nampak seperti bolong. Jawabnya "melegakan", bahwa itu normal, daerah bekas tapak geraham bungsu itu dapat dibersihkan dengan sikat lembut dan ia akan bertaut rapat 2-3 bulan kemudian. Setelah itu ia bersiap untuk menambal lobang besar di geraham yang merana tadi. Ternyata perlu dibius lokal juga, dua lokasi gusi disuntik lagi, ALAMAK ! Memang pekerjaan tambal ini cukup heboh dengan besi beradu bor mengawali kerja mbak dentist dan perawat filipino pendampingnya ini. Kapok deh. Tindakan berlangsung sekitar 30 menit di hari Kamis 12 Juni 2008 11:15 itu. Tidak ada resep pembunuh rasa sakit atau antibiotik yang diberi, dan juga tak ada MC ! Pulang dari NDC saya ke kantor, dua jam setelah jam istirahat timbul rasa sakit atau ngilu yang bercampur-campur setelah efek bius hilang ! O..la..la.. denyut sakit berterusan dan mereda setelah saya berniat pulang ke rumah.
Informasi tentang sakit gigi dan hubungan ke syaraf dapat dibaca di doctorspiller.com